Harianmomentum.com--Melambungnya harga telur dan daging ayam serta sejumlah produk sayur-mayur seperti ketimun dan bayam pada Juli 2018, tidak membuat indeks harga konsumen (IHK) melonjak. 

Pernyataan itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Yeane Irmaningrum usai penyampaian berita resmi statistik di ruang rapat Kantor BPS setempat, Rabu (1/8/2018).

Hal itu didasarkan pada hasil survei BPS Lampung yang menemukan, di Bandarlampung dan Metro mengalami deflasi sebesar 0,04 persen dan 0,05 persen dengan penurunan IHK dari 134,62 pada Juni menjadi 134,56 pada Juli 2018.

Menurut dia, dari enam kelompok pengeluaran, secara umum sektor bahan makanan mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,16 persen.

Kemudian disusul sektor makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,03), pendidikan, rekreasi dan olahraga raga (0,02), serta sektor perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, sandang, dan kesehatan (0,01).

"Inflasi 0,16 persen pada bahan makanan itu memang didominasi ati daging dan telur ayam ras, sawi hijau, cung Kediri, ketimun, dan bayam," ujar Yeane.

Yeanne menjelaskan, inflasi keenam kelompok itu ternyata tidak menimbulkan tingkat inflasi Bandarlampung meningkat. Sebab, ternyata daerah itu mengalami deflasi sebesar 0,04.

Hasil tersebut, lanjut Yeanne, dipengaruhi dari menurunnya harga transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang ternyata mengalami -0,28 persen.

"Ini dibentuknya dari angkutan antarkota, kendaraan rental, cabai merah, bawang merah, daging ayam kampung, daging sapi, udang basah, anggur, ikan layang, dan ayam hidup. Angkutan umum ini menjadi penyumbang terbesarnya dengan -0,31 persen. Ini karena disaat Lebaran tiket angkutan naik dan setelah Lebaran turun lagi," jelasnya. (ira).