Harianmomentum--Wahyu
Makhutarama menjadi lakon (cerita) yang diketengahkan pada pegelaran wayang
kulit bertajuk Halal Bi Halal Bakal Calon Gubernur Lampung Arinal Djunaidi
dengan masyarakat Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat (Lambar).
Kegiatan berlangsung di Lapangan Persada Utama, Pekon (desa)
Pampangan, Sabtu (1-7-2017).
Pagelaran wayang kulit dengan Dalang Kondang Ki Enthus Susmono
(Bupati Tegal, Jawa Tengah) itu diselenggarakan oleh Even Organizer Jaringan
Arinal Berkarya (JAYA).
Lakon Wahyu Makhutarama merupakan titik temu atau jembatan
penghubung kisah dalam dua karya sastra terkenal dari India: Mahabarata dan
Ramayana.
Penautan dua kisah karya sastra tersebut menjadi bukti kepiawaian
pujangga tanah Jawa dalam mengadopsi, sekaligus menciptakan lakon baru dengan
latar belakang dua epos yang berbeda.
Wahyu Makhutarama menceritakan kegigihan dan kesucian Raden Arjuna
mendapatkan inti ajaran Hastabrata yang pernah diajarkan Prabu Rama kepada
Gunawan Wibisana saat akan menjadi raja di Alengka menggantikan Prabu Rahwana.
Inti ajaran Hastabrata berisi delapan tutunan perilaku hidup umat
manusia, terutama para calon pemimpin untuk mewujudkan kedamaian dan
kesejahtaraan seluruh rakyat.
Delapan ajaran dalam Hastabrata: Pertama, seorang pemimpin harus
memiliki sifat Matahari sebagai pemberi energi kehidupan kepada seluruh rakyat
yang dipimpin.
Kemudian, berawatak seperti Bulan sebagai penerang bagi mereka
yang berada dalam kegelapan, sehingga dapat merasakan keindahan dan ketentraman
hidup.
Ketiga, berrwatak seperti Bintang sebagai penghias dan petunjuk
arah bagi mereka yang kehilangan arah di malam hari.
Lalu, berwatak seperti Angin: dapat mengisi setiap ruangan yang
kosong dan dapat melakukan tindakan yang teliti serta cermat dalam menyelami
kehidupan.
Kelima bersifat seperti awan Mendung.Berwibawa menakutkan, tetapi
jika sudah menjadi air dapat menghidupkan segala tumbuhan dan memberi manfaat
bagi semua.
Selanjutnya besifat Api: tegas, adil, tidak pandang bulu. Bersifat
Samudra yang mempunyai pandangan luas, rata dan sanggup menerima persoalan
apapun tanpa kebencian.
Terakhir bersifat Bumi: sentosa, suci dan jujur serta memberi
anugerah kepada yang berjasa.
Itulah sifat-sifat yang wajib dimiliki dan diteladani oleh para
calon pemimpin. Rakyat membutuhkan pemimpin yang melayani, bukan pemimpin yang
berkuasa dan berlimpah harta. (mnz)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com