Membaca Kembali Indonesia dalam Tasyakuran Lamban Sastra

Tanggal 17 Jul 2019 - Laporan - 593 Views
Pengampu Lamban Sastra, Isbedy Stiawan ZS./ist

Harianmomentum.com--Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS akan menggelar tasyakuran yang bertema "Membaca Kembali Indonesia".

"Kegiatan itu sekaligus untuk merayakan hari kemerdekaan ke 74 Indonesia," ujar Agusri Junaidi, Rabu (17-7-2019).

Dia juga menyebutkan, tasyakuran akan dihadiri sebanyak 23 politisi tasyakuran Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS di Jalan Turi Raya Labuhandalam, Tanjungsenang, BandarLampung, Sabtu (3-8-2019).

Panitia acara sebelumnya membidik pastisipasi 32 politisi untuk memeriahkan acara yang sekaligus merayakan Kemerdekaan Indonesia. Dengan tema Membaca Kembali Indonesia, Lamban Sastra melakukan konfirmasi kejadiran 32 politisi tersebut. Ternyata, di antaranya ada yang sudah undur diri dari panggung politik.

Setelah konfirmasi, 23 politisi menyatakan siap menghadiri dan menyemarakkan tasyakuran, antara lain: Ade Utami Ibnu, Yozi Rizal, Patimura,

Kemudian: Abdullah Padri Auly, Muchlas E. Bastari, Akhmadi Sumaryanto, Supriyadi Alfian, Himawan Ali Imron, Riza Mihardi, Gindha Ansori Wayka, Yuhadi Shi, Aep Saripudin, Rosdiana, Apriliati, dan lain-lain.

Menurut Agusri Junaidi didampingi Sekretaris Panitia, Politisi Baca Puisi ini mengawali progran Lamban Sastra di tempat baru setelah hampir 2 tahun istirahat.

“Acara ini kami namakan Politisi Baca Puisi, dengan tema Membaca Kembali Indonesia,” jelas Agusri di Lamban Sastra.

Ia berharap politisi Lampung dapat meramaikan panggung Membaca Kembali Indonesia. Pangggung ini juga sebagai silaturahim politsi dengan konstiuen, seniman, dan pemerhati sastra.

Panggung Puisi Politisi Lampung ini, masih kata Agusri, untuk saatnya bersama-sama “Membaca Kembali Indonesia” melalui karya-karya puisi.

Pengampu Lamban Sastra, Isbedy Stiawan ZS menambahkan, kedekatan negara dengan karya sastra dapat dibuktikan dengan teks Sumpah Pemuda yang dikonsep oleh Muhammad Yamin.

Isbedy mengutip pernyataan Sutardji Calzoum Bachri bahwa teks Sumpah Pemuda adalah puisi dengan “P” (kapital).

“Teks Sumpah Pemuda itu futuristik dan universal. Saat itu Indonesia masih in absentia,” tegas Isbedy.(rls/red)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


PTPN I Regional 3 Lepas Calon Jemaah Haji di ...

MOMENTUM, Semarang -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 3 ...


Gelar Halal Bihalal, Bank Mandiri Siap Berkol ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Bank Mandiri bersama Persatuan Wartawan ...


Arus Balik Pemudik di Pelabuhan Bakauheni Lan ...

MOMENTUM, Bakauheni -- Volume kendaraan di Pelabuhan Bakauheni, L ...


Ratusan Ribu Pemudik Kembali ke Jawa ...

MOMENTUM, Bakauheni--Volume arus balik di Pelabuhan Bakauheni, Ka ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com