Bukan Salah Milan, Banyak Pemain BLFC Belum Layak Liga 1

Tanggal 10 Agu 2019 - Laporan - 753 Views
Don Peci

MOMENTUM, Bandarlampung--Bukan salah bunda mengandung, tapi akibat bapak gak pake sarung. Begitulah pemeo yang aga pas untuk kondisi Peseru Badak Lampung FC (BLFC), tim sepakbola peserta Shopee Liga 1.

Bermain di kandang 6 kali, belum pernah meraih kemenangan sama sekali adalah sebuah ironi. Di hadapan pendukungnya yang semula mencapai 13 ribuan dan kini tinggal 5 ribuan yang datang ke stadion, merupakan pertanda yang harus disikapi serius.

Kinerja tim terutama dalam pertandingan kandang, sudah membuka mata masyarakat Lampung, bahwa pemain-pemain di tim ini tidak layak bermain di Liga 1 dengan persaingan yang sangat ketat.

Tidak perlu berbasa-basi sekarang. Untuk menyelamatkan tim manajemen tim harus ikut campur tangan soal ini. Terutama dalam hal menentukan pemain yang akan dibeli di transfer window nanti.

Bukan masyarakat tidak sabar untuk menunggu hal ini, namun ini kenyataan yang juga harus dimaklumi manajemen Badak Lampung FC, bahwa masyarakat juga perlu didengar apresiasinya.

Kinerja tim Badak Lampung FC menjadi terburuk kedua setelah Semen Padang FC, saat ini. Pada musim kompetisi 2019 ini. Sementara tim lain yang sempat terseok-seok seperti Persipura, kini sudah mulai bangkit.

Tim Badak Lampung FC yang merupakan boyongan sebuah tim dari Kabupaten Serui Provinsi Papua, yang kemudian memilih home base di PKOR Way Halim Bandarlampung memang bukan tim yang mengakar di Lampung.

Namun ekspektasi masyarakat Lampung sangat besar untuk mendukung Badak Lampung FC, dengan penuh harap prestasi yang baik. Dan ini hebatnya, tidak ada yang menganjurkan, namun karena semata-mata kerinduan masyarakat akan tontonan sepakbola yang bermutu.

Namun apa yang terjadi, untuk sementara masih jauh dari harapan. Badak Lampung FC yang sudah bertanding 12 kali, baru meraih kemenangan dua kali, kalah 7 kali dan seri 3, satu pertandingan tunda melawan Persela Lamongan.

Dan kini posisi sementara di papan klasemen ada di peringkat ke-16, Zona Merah.

Mau bilang apalagi, karena memang demikian adanya. Sebagai tim yang bukan tumbuh dan besar di Lampung, semula diharapkan mampu mendongkrak gairah sepakbola di Bumi Ruwa Jurai.

Dukungan

Secara materi, Badak Lampung FC kemungkinan tidak ada masalah. Setidaknya ini menurut penuturan Om Marco, CEO Badak Lampung FC beberapa waktu lalu.

Tetapi sebenarnya bukan hanya dukungan finansial di belakang saja yang diperlukan, melainkan dukungan murni dari masyarakat yang musti dibangkitkan.

Sedangkan untuk membangkitkannya, harus dengan kinerja yang bagus dan prestasi yang mentereng. Tanpa itu, akan sangat sulit memberikan harapan bisa dicintai masyarakatnya.

Dukungan pemerintah provinsi Lampung rasanya sudah cukup, dengan memberikan berbagai fasilitas dan kelonggaran untuk menyewa stadion sebagai home base Badak Lampung FC.

Saling dukung itu yang perlu dilakukan. Bukan saling menuntut. 

Bagaimana pun industri sepakbola akan tumbuh dan berkembang jika terjadi kesesuaian antara manajemen, tim, masyarakat dan pemerintah setempat.

Jika manajemen menginginkan industrinya maju, maka harus melakukan hal yang benar dengan kualitas produksi yang baik. Mungkin bukan sekedar pengurusan tim sepakbolanya, melainkan kaitan lainnya, seperti pembangunan sepakbola itu sendir melalui berbagai program, seperti pembinaan usia dini dan seterusnya.

Yang ini Badak Lampung FC sudah mulai melakukannya, dan kemungkinan karena terganggu dengan prestasi yang terus anjlok, maka agak terhenti beberapa program lainnya.

Lalu tentang tim, tentu tim ini menjadi mesin produksi yang terpenting dalam insdustri sepakbola. Tidak mutlak dengan menghadirkan pemain bintang. Jika prestasinya bisa mentereng, kenapa harus tergantung pada seorang bintang. Sepakbola adalah permainan tim.

Hadirnya pemain senior Musafri, pun tidak memberikan efek apapun pada penampilan tim di setiap pertandingan kan? Pada Musafri juga mantan bintang pada masa mudanya.

Hadirnya Tores dan Vidal, yang sebenarnya bermain di atas rata-rata para pemain badak Lampung FC, ternyata tidak mendapat dukungan sepadan di tim.

Vidal seperti bekerja sendirian, pontang panting dari berbagai sudut lapangan, Torres yang lebih banyak tampil agak turun, karena kurangnya supplay bola yang diinginkan di garis depan. Semuanya menjadi serba salah, serba tanggung dan serba frustasi akhirnya.

Pertandingan di Liga 1, sudah bukan lagi permainan pemain-pemain yang tanggung dalam pengetahuan sepakbola. Tetapi harus sudah mendekati expert, seharusnya.

Kontrol bola, Passing, Dribling dan ball filling, seharusnya sudah tidak ada persoalan di lapangan. Tetapi dari setiap pertandingan yang kita semua saksikan di stadion Sumpah Pemuda way Halim, selalu terjadi banyak kesalahan elementer dari sebagian pemain Badak Lampung FC. Nah ini gimana? Pemain Liga 1 lho?

Bukan Salah Milan

Sepertinya bukan lagi salah pelatih kalau sudah begini. Sekalipun akan dikontrak Jose Morinho, atau Alex Ferguson sekalipun Badak Lampung FC tetap akan begini.

Selama semusim hanya berjuang agar tidak terdegradasi, ini adalah pekerjaan sia-sia. Sementara tim lain sudah berfikir untuk bisa merebut pialanya.

Keluar biasanya mungkin sama saja, selisihpun tidak terlalu banyak kalau sudah bicara memenej tim di Liga 1 Indonesia. Mau pakai pemain murah atau mahal, dari sisi biaya operasional tetap sama mahalnya.

Maka dari itu, sekarang saatnya bukan berfikir soal siapa pelatihnya lagi, tetapi bagaimana memanfaatkan sisa waktu Liga 1 ini dengan mencari pemain yang bagus meski tidak harus bintang. 

Mungkin di tim Baak Lampung Fc sudah ada petugas khusus pemantau pemain di Liga 2 dan Liga 1 selama ini sehingga untuk membeli pemain sudah tidak meraba-raba lagi.

Berfikir untuk membeli pemain atau merekrut pemain asal Lampung juga perlu difikirkan. Ada beberapa pemain yang cukup eksis di belantara sepakbola Indonesia dari Lampung, seperti Purwaka Yudi (Yudi Purwoko), pemain yang selama ini bergabung di Arema FC, namun saat ini berada di bendera PSS Sleman. 

Ada Guntur Triaji, yang saat ini beruntung berada di klub pemuncak sementara klasemen, PS Tira Persikabo. Dan masih ada beberapa yang lain di kompetisi Liga 2.

Milan Petrovic, Abah Petruk, rasanya sudah membuktikan prestasinya saat di Arema FC, tetapi menangani Badak Lampung FC dengan pemain yang juga masih pas-pasan, akan sangat sulit dalam waktu singkat mengubah tim ini.

Jadi memang bukan semata-mata salah Milan, kalau Badak lamung FC kalah lagi di kandang melawan PSS Sleman, Jumat petang. Karena cara bermain sebagian besar (bahkan) tampaknya harus diakui bahwa belum layak bermain di Liga 1.

Beruntung, dua kesempatan PSS Sleman masih menerpa tiang gawang dan mistar. Kalau tidak itu sudah menjadi 4-0. Sementara peluang berlian dari Kogoya, juga gagal menjaringkan bola ke gawang PSS, meski sudah one on one dengan kiper PSS.

Intinya, bahwa perlu ada perombakan besar-besaran pada tim ini jika mau bertahan di Liga 1. Itu saja. (Penulis: Don Pecci pemerhati olahraga Lampung)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Hak Angket dalam Pilpres 2024: Solusi Atau Si ...

MOMENTUM -  Tahapan Pemilu merupakan sebuah rangkaian proses ...


Aliza Gunado: Debat Terakhir Meyakinkan untuk ...

MOMENTUM--Pada debat ke 5 yaitu debat trakhir,  Jubir TKD Pr ...


AICIS dan Keberanian Mendefinisikan Ulang Per ...

MOMENTUM, Bandarlampung--KETEGANGAN agama-agama masih terjadi di ...


Kebun PTPN VII Bumper Ekologis Kota Bandarlam ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Kebun Karet PTPN VII Bumper merupakan sa ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com