Jangan Baper

Tanggal 02 Mei 2020 - Laporan - 1583 Views
Arif Fahrudi Wartawan Harianmomentum

MOMENTUM, Sukadana--Asalammualaikum.Tabik pun, nabik tabik. Saya hanya ingin berbagi cerita tentang situasi pandemi corona di tempat saya tinggal. Kabupaten Lampung Timur.

Pandemi corona telah memicu berbagai dampak sosial dan ekonomi di tengah masyarakat. Tak terkecuali di Kabupaten Lampung Timur.

Paling merasakan dampak itu, tentu masyarakat kalangan ekonomi lemah: buruh dan para pekerja yang hanya mengandalkan penghasilan harian.

Untuk meminimalisir dampak itu, pemerintah dan berbagai elemen pun bergerak. Menggalang dan menyalurkan bantuan kepada masyarakat. Umumnya, bantuan itu berupa bahan kebutuhan pokok. 

Di Kabupaten Lampung Timur, pemerintah daerah setempat juga menyalurkan bantuan bahan kebutuhan pokok. Bantuan diberikan kepada 82 ribu kepala keluarga. Tersebar di 264 desa.

Setiap paket bantuan berisi: beras, telur, minyak goreng, mie instan dan sarden alias ikan cepat saji dalam kemasan kaleng.

Dalam kemasan bantuan tersebut terdapat stiker bertuliskan Bantuan Sembako Pemerintah Kabupaten Lampung Timur Dalam Rangka Tanggap Darurat Covid-19. Pada stiker itu juga ada gambar foto Bupati Lampung Timur Zaiful Bokhari.

Sebagian besar masyarakat mengapresiasi langkah cepat Pemkab Lampung Timur menyalurkan bantuan tersebut. 

Walau begitu, ada juga yang sepertinya tidak puas dengan langkah pemkab tersebut. Lalu melancarkan kritik. Lebih pasnya saya sebut protes. Dikatakan, bantuan tidak tepat sasaran. Bantuan tidak sesuai, asal-asalan dan sebagainya.

Kebanyakan mereka yang mengeritik itu berasal dari rival politik sang bupati. Maklum sang bupati, akan kembali maju pada pemilihan kepala daerah mendatang.

Lalu apa sebenarnya tujuan kritik itu? Rivalitas politik terkait pilkada? Hem, kalua itu tujuanya, sepertinya mereka salah. Saat ini, umumnya masyarakat tak memikirkan politik dan pilkada.

Bagi masyarakat, yang penting dapat bantuan untuk menyambung hidup di masa sulit saat ini.

Terlebih, komisi pemilihan umum (KPU) juga sudah menunda tahapan pilkada karena pandemi covid-19. Sampai saat ini pun, belum ada kepastian kapan pilkada akan dihelat.

Dengan melancarkan manuver tersebut, justru menunjukan sikap pesimistis  untuk bersaing dalam pilkada. 

Kesimpulanya, saya hanya ingin menyampaikan: Jangan baper (kebawa perasaan), nanti malah makin galau. Tenang, Belanda Masih Jauh Kok. Tepenting sekarang, bagaimana kita besama-sama membantu masyarakat dan pemeritah keluar dari cengkeraman pandemi covid-19...Tabik pun. (**)

Arif Fahrudin Wartawan Harianmomemtum

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu ...

MOMENTUM-- Sejak awal Maret lalu, saya sebenarnya sudah mendapat ...


Pesan Khatib di Mimbar Jumat ...

MOMENTUM-- Pemilihan presiden (Pilpres) menjadi magnet tersendiri ...


Siklus Kehidupan ...

MOMENTUM-- Dulu, ketika beranjak remaja, saya selalu mendapat tug ...


Unila kembali Bergejolak ...

MOMENTUM-- Universitas Lampung (Unila) kembali jadi sorotan publi ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com