Harianmomentum--Promosi susu kental manis (skm) yang selama ini dianggap
sebagai produk makanan dan minuman yang baik untuk anak dan keluarga,
sebenarnya tidak sesuai kenyataan.
Terlalu banyak konsumsi susu kental manis berpotensi terserang obesitas.
Hal ini kembali dijelaskan Anggota Satgas Perlindungan Anak dan Unit
Koordinasi Kerja (UKK) Tumbuh Kembang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Rachmat Sentik.
Menurutnya, komposisi susu kental manis biasanya terdiri atas 50 persen
gula, 7,5 persen protein, 8,5 persen lemak, serta 34 persen air dan bahan tambahan
lainnya. Artinya, satu gelas susu sedikitnya bisa mengandung 20 gram gula,
atau setara dua sendok makan.
"Jumlah tersebut terbilang tinggi, mengingat anjuran asupan gula
harian tidak melebihi 25 gram. Dan asupan gula berlebih ini dapat meningkatkan
risiko obesitas dan diabetes anak," sesalnya.
Masalahnya, lanjut Rachmat, sampai saat ini masyarakat beranggapan susu
kental manis baik untuk anak. Akibatnya, anak yang seharusnya diberi susu pertumbuhan,
akhirnya malah diberi susu kental manis dengan alasan praktis dan ekonomi.
"Bila hal ini terus berlanjut, dalam 20 tahun ke depan kesehatan
anak-anak Indonesia jelas terancam. Di sinilah peran rekan-rekan profesi
kedokteran untuk terus mengedukasi masyarakat tentang asupan gizi yang perlu
dan tidak baik untuk anak," ucapnya.
Rachmat pun berharap ada kerjasama dari seluruh pihak untuk mentatasi
masalah ini. Dia minta produsen produk makanan dan minuman mulai melakukan
promosi yang bertanggung jawab. Caranya, dengan memberikan edukasi kepada
konsumen mengenai kandungan produk, cara penggunaan dan takaran penyajiannya.
"Selain itu tentunya pemerintah juga harus bertindak. Lakukan
sosialisasi, edukasi, dan tegakan regulasi pangan yang aman untuk anak. Itu
tanggung jawab mereka (pemerintah -red)," terangnya.
Terkait hal ini, anggota Komisi IX DPR Nihayatul Wafiroh menyatakan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) perlu memperjelas pengkategorian susu kental
manis.
Selama ini kandungan produk dalam iklan susu kental manis kurang mendapat
perhatian. "Ke depannya, hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi BPOM,"
pintanya.
Dia menilai, saat ini konsentrasi edukasi BPOM lebih banyak di bidang
kosmetik dan obat. Padahal, persoalan pangan untuk kebutuhan anak juga perlu
mendapat perhatian serius.
"DPR tidak bisa sendirian, harus ada dukungan dan kerjasama dari
berbagai pihak, BPOM, perdagangan, kemenkes dan juga masyarakat,"
tegasnya.
Sementara Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Eni
Gustina mengakui, banyak iklan produk makanan dan minuman yang menyesatkan
konsumen. Salah satunya adalah susu kental manis, yang semestinya bukan untuk
dijadikan minuman, namun ditampilkan sebagai susu untuk minuman keluarga.
"Misalnya iklan susu kental manis. Susu kental manis itu isinya gula
sama lemak, tapi di iklan ditampilkan sebagai susu." sesalnya.
Eni pun meminta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) lebih tegas terhadap
regulasi tentang penyiaran yang sudah ada. Selain itu dia juga mengimbau agar
masyarakat memperhatikan tayangan iklan. Masyarakat harus bisa menilai, apakah
tayangan itu sesuai atau tidak. (rmol)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com