Polusi Bahasa

Tanggal 16 Jul 2020 - Laporan - 875 Views
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM, Bandarlampung--Tutur bahasa menunjukkan kualitas seseorang. Semakin baik bahasa yang digunakan, semakin bagus pula perspektif publik terhadapnya.

Karena setiap kata yang diucapkan, tentu mempunyai implikasi retorik. Apalagi jika si pengucap merupakan figur publik. 

Setiap perkataannya berpengaruh besar terhadap khalayak ramai. Makin tinggi posisinya, bertambah pula bobot bicaranya. 

Makanya, para pemimpin kita selalu menggunakan teks dalam setiap berpidato atau sambutan pada acara tertentu.

Tujuannya, agar ucapan yang disampaikan tidak salah, keliru, apalagi sampai menimbulkan fitnah terhadap orang lain. Bisa fatal akibatnya.

Sudah berapa banyak figur publik di negeri ini yang terpaksa berurusan dengan hukum hanya karena ucapan.

Ahok misalnya. Pemilik nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu terpaksa mendekam di balik jeruji besi akibat perkataannya yang dinilai menistakan agama.

Popularitas mantan Gubernur DKI Jakarta itu kian melejit usai video pidatonya di Kepulauan Seribu diunggah oleh netizen.

Jutaan umat Islam pun turut terprovokasi karena ucapannya. Hingga demo berkali- kali.

Pun begitu dengan Ratna Sarumpaet. Tokoh yang dianggap kontra dengan rezim pemerintahan Jokowi saat itu divonis 2 tahun penjara, oleh hakim.

Dia dinyatakan terbukti bersalah menyebarkan informasi bohong (hoax) tentang penganiayaan. 

Kasus ibunda artis Atiqah Hasiholan ini sempat viral karena waktunya bertepatan menjelang pemilihan presiden (Pilpres).

Kasus serupa juga pernah menimpa artis kondang Ahmad Dhani. Pendiri grup musik Dewa 19 itu divonis satu tahun penjara akibat pasal ujaran kebencian.

Bedanya. Jika Ahok dan Ratna Sarumpaet divonis karena ucapan, Ahmad Dhani dihukum justru karena cuitannya di laman sosial media, twitter. 

Belajar dari beberapa kasus tersebut, kita dituntut untuk lebih berhati- hati dalam mengeluarkan bahasa. Baik secara lisan maupun tulisan. 

Berbicaralah yang santun. Berbahasalah yang baik karena polusi bahasa ancamannya jauh lebih berat dari polusi udara. Itu saja. Tabikpun. (**)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu ...

MOMENTUM-- Sejak awal Maret lalu, saya sebenarnya sudah mendapat ...


Pesan Khatib di Mimbar Jumat ...

MOMENTUM-- Pemilihan presiden (Pilpres) menjadi magnet tersendiri ...


Siklus Kehidupan ...

MOMENTUM-- Dulu, ketika beranjak remaja, saya selalu mendapat tug ...


Unila kembali Bergejolak ...

MOMENTUM-- Universitas Lampung (Unila) kembali jadi sorotan publi ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com