Harianmomentum.com - Sejumlah anggota DPRD D.I
Yogyakarta melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Provinsi Lampung untuk melihat
jejak transmigrasi di daerah ini.
“Lampung daerah pertama penerima transmigran dari Jawa sejak
masa kolonial. Kami berharap program ini tetap lanjut walau tidak lagi ke
Lampung," ujar Ketua Komisi D DPRD D.I Yogyakarta Nur Sasmito di ruang
Sungkai Balai Keratun, Rabu (10/01/2018).
Dalam kunjungan ke Lampung, kata dia, anggota DPRD Yogyakarta
ingin mengunjungi Museum Transmigrasi di Gedongtataan untuk mengetahui
sejarahnya.
Dia menilai, Provinsi Lampung sukses menjalankan program
transmigrasi ini. Terbukti dengan kehidupan yang harmonis antara warga asli dan
warga transmigran.
“Kami ingin melihat bahwa orang Jawa di sini bisa bersatu dan
membaur dengan warga asli, sehingga kemajuan bisa dinikmati bersama. Kami
bangga atas keberhasilan program transmigrasi di Lampung. Ini sebagai
percontohan yang baik untuk Yogyakarta,” kata dia.
Sekretaris Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnkertrans)
Provinsi Lampung Lukman mengatakan, Pemprov Lampung sudah tidak lagi menerima
transmigran. Justru Lampung kini mengirimkan warganya bertransmigrasi ke daerah
lain, terutama Kalimantan dan Sulawesi.
Sejak 2007, Lampung sudah tidak lagi menerima transmigran.
Lampung sudah tidak lagi mencukupi untuk menampung transmigran.
Banyaknya transmigran yang datang ke Lampung sejak tahun
1905, kata Lukman, membentuk demografi yang berbeda dari daerah lain. Sebab,
warga pendatang justru mendominasi. Suku Jawa sebanyak 65,80 persen, sedangkan
suku Lampung 12,80 persen. Sisanya, Sunda 11,80 persen, Minangkabau 3,57
persen, Batak 2,13 persen dan Bali 1,73 persen.
“Sekarang mencapai 60 persen karena sudah beranak pinak.
Banyak juga yang datang membawa keluarganya dari Jawa, sehingga jumlahnya
semakin banyak. Tapi sekarang Lampung tak lagi menerima transmigran,” katanya. (ira)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com