Harianmomentum.com--Direktur
Utama Muhammad Hanugroho dan Komisaris Utama Agus Pakpahan memanfaatkan momen
halal bihalal keluarga PTPN VII untuk memotivasi manajemen, Jumat (29/6/18), di
Gedung Pertemuan Kantor Direksi.
Oho,
sapaan akrab Muhammad Hanugroho yang mendapat kesempatan pertama menyampaikan
pesan tentang makna fitrah untuk memacu langkah dalam bekerja. Sedangkan Agus
Pakpahan menerangkan tentang separuh ikhtiar manusia mencapai sukses adalah doa.
Suasana hangat dan akrab terlihat saat dua
ratusan karyawan berdiri bersalaman untuk saling memaafkan. Selain Komisaris
Utama dan Direktur Utama, hadir juga Komisaris Independen R. Juniono
Soehartjajono, Komisaris Anggota Dodi Iskandar. Direktur Operasional Husairi
dan Direktur Komersil Ahmad Sudarto juga hadir bersama pada Kabag, Manajer, dan
karyawan PTPN VII wilayah Lampung.
Lebih jauh, Oho memaparkan tentang pentingnya
setiap personel insan PTPN VII saling memaafkan dan terus menguatkan
komunikasi. Menurutnya, saling sapa setiap bertemu sebagaimana yang dilakukan
saat momen Lebaran, kata dia, dapat membangun rasa simpati, empati, saling
mendukung, dan saling mengingatkan.
Setelah dilatih dengan ibadah ketat selama
Ramadhan, kata Oho, yang dilanjutkan dengan saling memaafkan, akan memberi rasa
nyaman dalam hati. “Ketika hati kita sudah bersih dan merasa nyaman, itu adalah
awal yang baik untuk kita mencatatkan langkah baru yang lebih dinamis dan
sinergi untuk kejayaan perusahaan,” kata pria kelahiran Gisting, Tanggamus ini.
Menilik kondisi perusahaan yang sedang terus
berbenah, Oho menyampaikan terima kasih kepada semua jajaran yang telah bekerja
keras untuk memperbaiki keadaan. Menurutnya, saat ini adalah fase pemulihan
yang membutuhkan komitmen tinggi dari semua elemen.
Menguatkan statemen M. Hanugroho, Agus Pakpahan
mengungkapkan pentingnya kerja sama dan saling mendukung secara sistemik.
Menggunakan istilah kimia, ia menyebut seluruh eleman dan insan PTPN VII harus
bersenyawa, bukan sekadar bersama.
“Senyawa itu beda dengan campuran. Ini istilah
kimia. Kalau campuran itu seperti kumpulan batu dan kerikil. Meskipun bersatu,
tetapi masing-masing bentuk dan sifatnya tidak berubah. Kalau senyawa, itu
seperti air dan gula. Ketika dituang dan diaduk, akan terbentuk sifat dan
bentuk baru. Ini lebih sistemik,” kata dia.
Tentang pentingnya penguatan kebersamaan seperti
pengadaan acara halal bihalal ini, tambah guru besar riset di IPB itu, ia
sangat menganjurkan. Menurutnya, tantangan yang akan dihadapi manusia dengan
ikhtiarnya ada dua jenis. Yakni, masalah dan misteri.
“Masalah adalah sesuatu tantangan hidup yang
harus kita pecahkan. Sedangkan misteri adalah hal-hal yang sifatnya given,
pemberian Tuhan. Saya tidak minta dilahirkan jadi Sunda campur Batak, dan itu
salah satu dari misteri. Dan, misteri harus dipecahkan dengan mengetuk pintu
Tuhan melalui doa dan aneka ibadah lainnya,” kata dia.
Sebagai penutup, acara diisi ceramah agama oleh
Ustadz Edison. Dalam tausiahnya, Edison mengutip berbagai ayat dan hadis
mengenai upaya setan menyesatkan hidup manusia.
“Sejak awal setan diusir dari surga oleh Alloh,
dia bersumpah akan mengerahkan segala daya untuk menyesatkan manusia dari
ketaatan kepada Alloh,” papar dia.
Edison menyebutkan lima pintu yang dipakai setan
untuk menyesatkan manusia. Yakni, melalui pemimpin yang dzolim, orang kaya yang
jahat, penguasa yang tidak amanah, ulama yang tidak bertanggung jawab, dan
orang pintar atau cendekiawan yang berkhianat.
“Lima golongan orang ini kalau baik dia menjadi berkah hidupnya, sedangkan jika dia dzolim dia menjadi amat berbahaya bagi lingkungannya. Sebab, mereka mempunyai daya rusak yang dahsyat jika bersekutu dengan setan. Dan, setan menggunakan orang-orang itu untuk membujuk manusia agar jauh dari agamanya,” kata dia.
Acara dengan tema “Mempererat silaturahim,
kekeluargaan, dan kebersamaan demi Bangkitnya PTPN VII” ini diakhiri dengan
saling bersalaman dan makan siang bersama. (red)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com