MOMENTUM, Pringsewu--Pemerintah Kabupaten Pringsewu akan memberikan penghargaan kepada sepuluh pekon/desa yang dinilai berhasil mencegah penyeberan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di desanya.
Penghargaan diberikan kepada pekon yang selama tiga tahun berturut-turut, sejak 2017 hingga Februari 2020, tidak ada warganya yang terjangkit penyakit demam berdarah.
Kesepuluh pekon itu, empat di Kecamatan Pagelaran, yakni Pekon Candiretno, Sidodadi Sumberejo dan Pekon Karangsari. Kecamatan Banyumas ada tiga pekon, Pekon Banjarejo, Nusawungu dan Sinarmulya, serta tiga pekon lagi di Kecamatan Pagelaran Utara yakni Pekon Giritunggal, Sumberbandung dan Pekon Madaraya.
Wakil Bupati Pringsewu Fauzi mengatakan mengapresiasi ke-10 pekon yang tidak ada kasus DBD dan akan memberikan penghargaan yan diserahkan pada Agustus 2020 mendatang.
"Penghargaan itu sebagai bentuk perhatian dan kepedulian Pemkab Pringsewu kepada pekon yang peduli sehingga warganya terbebas dari kasus DBD tiga tahun berurut-turut," ujarnya.
Menurut Fauzi, ke-10 pekon itu akan dijadikan percontohan dalam mencegah penyebaran DBD bagi pekon lainnya. "Padahal di Kabupaten Pringsewu, kasus demam berdarah cukup tinggi, ditemukan di lima kelurahan dan 126 desa yang tersebar di lima kecamatan," ungkapnya.
Bahkan pada Januari hingga Maret 2020, kasus DBD di Kabupaten Pringsewu di atas rata-rata selama lima tahun, dengan dua orang meninggal dunia. Hal ini menempatkan Pringsewu peringkat kedua se-Indonesia.
Namun pada April-Mei 2020 mengalami penurunan hingga di bawah rata-rata jumlah kasus selama lima tahun dan menjadi peringkat kelima nasional. Dengan jumlah kasus, 937 orang yang dirawat di 13 puskesmas.
"Kini Alhamdulillah, kasus DBD terus menurun. Berkat kerja sama dan kepedulian yang tinggi dari semua pihak bersama elemen masyarakat," terang Fauzi.
Terpisah, Yuliana Nina Yuanita, Pengelola Program DBD pada Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. (P2M) Dinas Kesehatan Pringsewu, menjelaskan kasus DBD tertinggi di Kabupaten Pringsewu ditemukan di Pekon Tulungagung, Kecamatan Gadingrejo.
Penyebaran dan penularan dari nyamuk Aedes aegypti itu bisa dari faktor alam, lingkungan juga perilaku manusianya. Yuliana Nina mencontohkan di Pekon Tulungagung yang terkenal menghasilkan produk kerajinan rumah tangga dari bambu, banyak terkena kasus DBD karena di wilayah itu banyak wadah/tempat air untuk merendam bambu dan jarang diganti airnya.
Selain itu, ada sejumlah peternak ayam potong yang kandangnya tidak terurus karena pandemi Covid-19. "Sehingga wadah minum ayam jadi tempat berkembang biak nyamuk," jelasnya.
Dia menambahkan, terkait penurunan kasus DBD di Kabupaten Pringsewu karena telah dilakukan berbagai upaya pengendalian dan mengurangi jumlah kasus seperti melaksanakan Geber PSN (Gerakan Bersama Rakyat Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Juga pembagian larvanisasi untuk pelaksanaan abatesasi (Larvasida yang digunakan Abate dan BTI). Juga, fogging di daerah kasus DBD dan sosialisasi pencegahan DBD melalui berbagai media. (*).
Laporan: Sulistyo.
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com