Meski berbunyi sukarela, setiap penerima BTS diberi penetapan angka minimal iuran Rp10 ribu. Penarikan iuran itu dikodinir masing-masing kepala linkungan (kaling).

Lurah Waymengaku Edwar saat dikonfirmasi, Kamis (14-5-2020) membenarkan adanya iuran dari penerima BST itu. Namun, dia berdalih, iuran tersebut tidak ada paksaan. 

Menurut Edwar, penarikan iuran semata untuk memberikan apresiasi kepada seluruh aparatur kelurahan. Terlebih, saat ini dana kelurahan belum dapat dicairkan.

"Ceritanya gini, kita kan ada petugas yang kerja siang malam untuk pendataan (penerima BST). Waktu yang  singkat membuat mereka bekerja ekstra (lembur). Saya ini mau ngasih mereka apresiasi atas kinerjanya, tapi saat ini dana kelurahankan belum juga cair," katanya.

Meski demikian, Edwar berdalih tidak pernah mengintruksikan kepada jajarannya untuk melakukan pemungutan iuran tersebut. Menurut dia, penarikan iuran itu  berdasarkan inisiatif para kaling yang diputuskan melalui rapat bersama. 

"Inikan hasil rapat mereka, saya tidak tahu. Saya hanya mendapat laporan setelah rapat bahwa ada keputusan itu (pemungutan iuran sukarela) kepada penerima BST,"  terangnya.

Berdasarkan data, total penerima BST di Kelurahan Waymengaku mencapai 862 keluarga penerima manfaat (KPM). Setiap KPM menerima BST Rp600 ribu per bulan, selama tiga bulan. Pencairan BST dilakukan melalui kantor pos. (**)

Laporan: Sulemy
Editor: Munizar