MOMENTUM, Bandarlampung--Lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung mengajak masyarakat untuk membantu kebutuhan pangan pengugsi Rohingya yang saat ini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Desa Punteuet, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

Kepala Cabang ACT Lampung Dian Eka Darma Wahyuni Selasa (30-6-2020), mengatakan jumlah pengungsi Rohingya  di Aceh ada 94 orang.

Sebelumnya, puluhan etnis Rohingya terombang-ambing di lautan lepas karena mesin kapal rusak. Setelah ditemukan Nelayan Aceh pada 24 Juni 2020, warga bersama aparat mengevakuasi mereka ke Desa Lancok, Lhokseumawe.

Dian mengatakan pendampingan psikososial telah dilakukan relawan ACT Lhokseumawe dengan dipandu pengungsi Rohingya yang sudah tinggal di sana dan mampu berbahasa Indonesia.

Dukungan psikososial tersebut bertujuan memberi rasa tenang kepada anak-anak yang turut terombang-ambing dilautan lepas dengan logistik pangan yang serba terbatas.

Selain itu, relawan juga telah mendirikan dapur umum untuk mencukupi kebutuhan pangan para pengungsi etnis Rohingya. Dapur umum menyalurkan kebutuhan pangan setiap hari sehingga nutrisi para pengungsi terjamin. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid, imunitas tubuh pengungsi sangat dijaga.

Melihat letak geografis yang terlalu jauh dan dalam kondisi pandemi Covid 19, ACT Lampung belum memungkinkan untuk mengirim tim ke lokasi pengungsian, namun aksi ajakan peduli kemanusiaan terus dakukan.

Aksi ajakan peduli Rohingya salah satunya digelar di area PKOR Wayhalim guna menggalang donasi dan bersimpati kepada pengungsi Muslim Rohingya.

Rencananya aksi akan terus berlanjut dengan menyasar masjid-masjid yang ada di Kota Bandarlampung. Nantinya bantuan berupa logistik pangan akan dikirim ke lokasi pengungsian menggunakan bus AKAP jurusan Aceh.

“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat mendermakan sebagian rejekinya untuk pengungsi etnis Rohingya, kemana lagi mereka harus menyelamatkan nyawa, ditempat tinggalnya terusir, sedangkan pengungsi ini belum tentu diterima oleh negara lain,” katanya. (*).

Laporan: Rifat Arif.

Editor: M Furqon.