Harianmomentum--Langkah
Presiden Joko Widodo menegur dua menteri dinilai kurang etis.
Ini
lantaran teguran tersebut disampaikan secara terbuka saat Sidang Kabinet
Paripurna di Istana Negara yang digelar untuk umum.
Pakar komunikasi politik
Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan bahwa Presiden Jokowi
seharusnya lebih bijak saat menegur pembantunya. Caranya, dengan mengajak sang
menteri membicarakan masalah terkait secara empat mata atau menyampaikan
teguran itu dalam rapat yang tertutup dari media.
"Seharusnya, menteri yang bersangkutan dipanggil dulu, bukan langsung
ditegur di depan umum," ujarnya seperti dikutip Kantor Berita
Politik RMOL, Selasa (25/7).
Teguran yang dilakukan di depan umum, lanjutnya, bisa menjadi bias di
masyarakat. Bahkan kini muncul anggapan bahwa Menteri ESDM Ignatius Jonan dan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya yang disentil Jokowi akan
dirombak dalam reshuffle jilid III.
"Persepsi publik yang muncul kalau tunjuk orang, ya orang itu kan akan
direshuffle," jelasnya.
"Jadi sekali lagi, secara normatif itu hak beliau (Jokowi). Tapi idealnya,
ya dipanggil dulu, diskusi," pungkas Emrus.
Dalam Sidang Kabinet Paripurna, Presiden Jokowi menyoroti penerbitan permen di
dua kementerian, yaitu Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dan
Kementerian ESDM. Menurutnya, penerbitan permen dua kementerian ini dalam dalam
1 hingga 2 bulan terakhir mendapat respon yang tidak baik dari investor karena
dianggap menghambat investasi.
"Tolong diberikan catatan ini dan juga permen-permen yang lain,
hati-hati," pesannya. (ian/rmol)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com