MOMENTUM, Bandarlampung--Polisi menangkap lima orang yang diduga terlibat kasus pembunuhan Anis Suningsih (34) di Dusun Umbulkapuk, Desa Sindangsari, Tanjungbintang, Lampung Selatan.

Penangkapan lima orang dalam pembunuhan yang diduga didalangi suami korban, Handoko, itu disampaikan Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad saat ekspose di Mapolda Lampung, Senin (10-2-2020).

Menurut Pandra, penangkapan itu dilakukan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Lampung bersama jajaran Polres Lampung Selatan dan Polsek Jatiagung.

"Pelaku H ini kesal dengan sikap sang istri yang dirasakan kerap mengekang dan marah, sehingga H merencakanan pembunuhan dengan modus pembegalan," ujar Pandra.

Pandra mengatakan, dibantu tiga orang rekannya NC, Y dan S, H merencanakan sebuah aksi pembegalan untuk menghabisi nyawa sang istri pada Rabu (5-2-2020) sekitar pukul 18.30 WIB.

Anis dibegal saat hendak ke pangkalan ojek di Dusun Umbulkapuk, Sindangsari. Sang istri melewati area perkebunan jagung, rekannya mencegat dan melakukan pembegalan.

"Istrinya ini sempat dipukul menggunakan kayu oleh satu pelaku lainnya. Lalu H yang juga ada di lokasi, menusuk sang istri dengan senjata tajam sebanyak 5 kali," tutur Pandra.

H dan rekannya kemudian mengambil sepeda motor yang digunakan korban, dan barang berharga lainnya. Hingga terkesan aksi H dan beberapa rekannya itu, merupakan kejahatan pembegalan terhadap korban.

Korban yang terluka parah, ditemukan warga. Lalu dibawa ke Klinik Centro dan meninggal dunia dalam perjalanan saat akan dirujuk ke Rumah Sakit Airan Raya, Jatimulyo, Jatiagung, Lampung Selatan.

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum (Reskrimum) Polda Lampung Kombes M Barly Ramadhany menuturkan, tersangka H diamankan di Waygalih Tanjungbintang pada 5 Februari 2020.

"Selanjutnya, NK, YP, dan S kami amankan di Desa Purwodadi dan Tanjungbintang. Sedangkan P kami amankan di Mulyosari Tanjungbintang pada tanggal 8 Februari 2020," imbuhnya.

Barly memaparkan, kelima tersangka tersebut memiliki perananan masing-masing yakni H dan NJ menjadi eksekutor, sebelum ditusuk dipukul dengan kayu. YP dan S memantau lakosi dan membawa kabur barang berharga milik korban, dan P menerima barang serta kendaraan korban.

Barly mengungkapkan, pihaknya mulai menaruh curiga terhadap H saat berada di Klinik Centro hingga di RS Airan, yakni saat di Klinik Centro, H mengatakan jika barang berharga berupa perhiasan milik istrinya turut hilang dibawa oleh para pelaku pembegalan.

"Tapi pas di RS H ini menunjukkan perhiasan itu menempel di tubuh korban, maka kami menaruh curiga ada peranan dalam perkara ini," terang Barly.

Atas kecurigaan tersebut, lanjutnya, pihaknya melakukan penyelidikan dan mengumpulkan saksi-saksi serta melihat latarbelakang H.

"Ternyata H residivis dan saat dimintai keterangan selalu berbelit-belit, dan saksi melihat H sebelum korban ditemukan," bebernya.

Saat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, kata Barly, diperoleh fakta bahwa H merupakan salah satu komplotan perampok sadis yang menewaskan Kapolsek Blambangan Umpu AKP Wiyono saat kontak senjata di Ogan Lama pada Jumat 11 April 2008 lalu.

"H ini kelompok Wagino," ucap Barly.

Menurut Barly, tersangka lain mau melakukan pembunuhan berencana lantaran para tersangka ini masih ada hubungan kekerabatan dengan H.

"Jadi dua tersangka anak angkat H, dan satu anak angkat istri muda H," sebutnya.

Terkait kemungkinan adanya campur tangan istri muda dalam drama pembunuhan ini, Barly belum mau berkomentar banyak. (iwd).