Mengupas Tulangbawang

Tanggal 28 Feb 2020 - Laporan - 5656 Views
Abdul Rohman

MOMENTUM, Menggala--Tulangbawang adalah nama salah satu kabupaten di Provinsi Lampung. Sekilas tidak ada yang aneh dengan nama itu. Namun, jika dicermati dan coba mencari arti nama itu, niscaya membingungkan dan sulit dimengerti. Bagaimana mungkin bawang punya tulang.     

Wat Wat Gawoh (ada ada saja) kata kami dalam bahasa daerah Lampung, untuk mengungkapkan rasa bingung mengartikan nama Tulangbawang. Saya sendiri tidak tahu apa arti sebenarnya dan  bagaimana asal-usul penyebutan nama TulangBawang itu. Berntung belum pernah ada yang bertanya sama saya, soal arti nama Tulangbawang. 

Mungkin selama ini, kami (Suku Lampung di Tulangbawang) sebagai peribumi merasa tak perlu mempersoalkan nama itu. Tapi malah timbul pertanyaan pada diri saya?

Berdasarkan riwayat turun-temurun yang saya tahu, nama Tulangbawang  diambil dari nama kerajaan yang disebut-sebut berpusat di daerah yang sekarang menjadi Kabupaten Tulangbawang. Meskipun, belum diketahui secara pasti di mana bekas keratonya dan bukti-bukti sejarah lainya, seperti prasasti dan beragam artepak yang bisa menjadi petunjuk, kapan kerajaan tersebut berdiri. Sapa rajanya dan kapan runtuhnya?  Ya semakin dicari, semakin sulit menemukan ihwal pasti kerajaan itu. 

Ibaratnya seperti mengupas bawang untuk mencari tulangnya. Semakin dikupas, semakin habis. Alih-alih menemukan tulangnya bawang, yang ada mata semakin pedih, gara-gara mengupas bawang. 

Riwayat kedua, menurut cerita-cerita dahulu, raja yang meminpin kerajaan tersebut mempunyai banyak musuh. Semua musuh-musuhnya itu harus dibunuh. Lalu, mayat-mayat musuh sang raja itu dibuang ke bawang pada kawasan aliran sungai besar di wilayah itu. 

Dalam bahasa daerah Lampung, kata bawang itu punya arti lebak atau rawa. Seiring berjalanya waktu, mayat-mayat para musuh sang raja itu, hanya menyisakan tulang-belulang yang bertumpuk di bawang atau lebak. Maka disebutlah nama kawasan sungai besar itu dengan nama Tulangbawang.

Riwayat ketiga, pada zaman raja Tulangbawang yang pertama sekitar abad ke IV masehi, dikisahkan permaisuri raja menghanyutkan bawang di sungai. Kemudian Permaisuri itu menyumpah-nyumpah “Sungai Bawang” lah ini. Semenjak itu, sungai tersebut dinamakan Sungai Tulangbawang dan Kerajaanya juga dikenal dengan nama Tulangbawang.

Bila menggunakan pendapat Prof.Muhammad Yamin, maka nama Tulangbawang berasal dari kata To-lang Po-Hwang. Kata To-lang-Po-Hwang itu berdasarkan kronik berita kekaisaran Cina. Saat itu, sekitar abad ke 7 masehi, kaisar Cina menerima utusan dari So-Lam-Phong.  Yamin mengatakan, perbandingan bahasa-bahasa Austronesia dapat memisahkan urat kata untuk menamai kesaktian/ketokahan seseorang dengan kata So. Orang Cina menyebut kata So itu menjadi To.

Maka baiklah pula diperhatikan bahwa urat itu terdapat dalam kata-kata seperti to (orang dalam bahasa Toraja), tu (Makasar dan Bugis). Dengan demikian, To-Lang P’o-Hwang berarti To= orang dan Lang P’o-Hwang= Lampung. Sejak itu, orang-orang menyebut daerah ini dengan sebutan Lampung.

Kabupaten Tulangbaawang resmi terbentuk sebagai daerah otonomi baru berdasarkan Keputusan  Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 Maret 1997, sebagai tindak lanjut ditetapkan Undang-Undang Nomor: 2 Tahun 1997 tentang pembentukan daerah tingkat II Tulangbawang.

Kabupaten Tulangbawang punya slogan  “Sai Bumi Nengah Nyappur” bermakna masyarakat daerah Tulangbawang sangat terbuka, mudah beradaptasi terhadap lingkungan, serta ramah dalam pergaulan. Si Bumi Nengah Nyappuir merupakan perwujudan sikap kemampuan, keluhuran dan keyakinan, serta percaya diri yang penuh. Keterbukaan masyarakat Tulangbawang itu merupakan bentuk kesediaan menerima pengaruh dan memberi pengaruh terhadap masyarakat pendatang.

Dalam sejarah kebudayaan dan perdagangan di nusantara, Tulangbawang disebut sebaga nama salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang sezaman dengan Kerajaan Melayu, Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. 

Meskipun belum banyak catatan sejarah yang mengungkapkan keberadaan Kerajaan Tulangbawang, namun catatan Cina kuno menyebutkan pada pertengahan abad ke 4 masehi, seorang peziarah Agama Budha yang bernama Fa-Hien, pernah singgah di sebuah kerajaan yang makmur dan berjaya. Nama kerajaan itu To-Lang P'o-Hwang (Tulang Bawang). Lokasinya di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera).

Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan secara pasti pusat Kerajaan Tulangbawang. Namun, ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan tersebut terletak di hulu Way (sungai) Tulangbawang (antara daerah Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 kilometer dari pusat kota Menggala.

Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'o Chie (Sriwijaya), nama dan kebesaran Tulangbawang sedikit demi sedikit memudar. Akhirnya sulit sekali mendapatkan catatan sejarah mengenai perkembangan kerajaan tersebut.

Ketika Islam mulai berkembang di nusantara sekitar abad k -15, Menggala dan alur sungai Tulangbawang yang kembali marak dengan perdaganan aneka komoditi, mulai kembali di kenal bangsa Eropa. 

Menggala dengan komoditi andalannya Lada Hitam, menawarkan harga yang jauh lebih murah dibandingkan dengan komoditi sejenis yang didapat VOC dari Bandar Banten. Perdagangan yang terus berkembang, menyebabkan denyut nadi perekonomian di kawasan Sungai Tulangbawang semakin kencang, dan pada masa itu Kota Menggala dijadikan dermaga "BOOM." Tempat bersandarnya kapal-kapal pedagang dari berbagai pelosok nusantara, termasuk Singapura. (Penulis: Abdul Rohman Ketau PWI Kaupaten Tulangbawang)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Kartel Politik Pilkada: Potret Ironi Demokras ...

MOMENTUM -- Munculnya calon tunggal pada perhelatan Pilkada 2024 ...


Sabahbalau Tanjungbintang Berbeda Dengan Kota ...

MOMENTUM -- Membaca berita yang berseliweran akhir-akhir ini, ter ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

Syarat Calon dan PencalonanJika kita mengikuti pemberitaan di med ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Suasana ballroom hotel berbintang di kaw ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com