Harianmomentum--Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto juga menjelaskan bahwa pertemuan dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dalam suasana keprihatinan.
Khususnya, terkait pengasahan RUU Pemilu. Menurutnya, syarat untuk
mengajukan pasangan capres-cawapres (Presidential Threshold) harus memiliki
kursi 20 persen di DPR adalah sesuatu lelucon politik yang menipu rakyat
Indonesia.
Berikut pernyataan Prabowo usai bertemu SBY tadi malam di
Cikeas, Bogor, Kamis (27/7) malam.
"Kita ketemu dalam suasana yang terus
terang saja agak prihatin. Pak SBY Presiden selama 10 tahun, tapi beliau
bersama kami dulu perwira-perwira muda yang mendorong reformasi. Di seluruh
dunia diakui, bagaimana TNI mundur dari kekuasaan dengan sukarela dan dengan
cepat sekali.
Saya kedatangan banyak tamu dari luar negeri, bertanya: 'Kok bisa TNI mundur
dari kekuasan?' Karena kami benar-benar percaya bahwa yang terbaik untuk bangsa
dan negara adalah demokrasi. Adalah Pancasila dan pelaksanaannya adalah
Demokrasi. demokrasi pelaksanaannya adalah pemilu.
Jadi bagi kami, setiap upaya untuk mengurangi kualitas demokrasi, atau
menggunakan cara-cara yang tidak sesuai dengan akal sehat, atau menyakiti
kemampuan berpikir rakyat Indonesia, bagi kami ini mencemaskan.
Jadi terlihat sikap Partai Demokrat, Gerindra, PKS PAN, itu satu dalam masalah
UU Pemilu yang baru saja dilahirkan atau disahkan DPR RI, yang kita tidak
ikut bertanggungjawab. Karena kita tidak mau ditertawakan oleh sejarah.
Kekuasaan? ya, silakan mau berkuasa 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, di
ujungnya sejarah yang akan menilai. Dan saya katakan ke Gerindra: Gerindra
tidak mau ikut ke sesuatu yang melawan akal sehat dan logika!'
Presidential Threshold 20% menurut kami adalah sesuatu lelucon politik yang
menipu rakyat Indonesia! Saya tidak mau terlibat dengan sesuatu yang seperti
itu. Demikian sikap Gerindra Partai Demokrat PAN dan PKS.
Jadi lahir dari kecemasan itu, Kami khawatir bahwa demokrasi kami ke depan bisa
dirusak. Karena itu, sesuai apa yang tadi disampaikan Pak SBY, kita wajib
mengawal, mengingatkan, mengimbau dengan baik. Mengingatkan rekan-rekan yang
berada di kekuasaan, bahwa demokrasi itu adalah jalan terbaik. Dan demokrasi
membutuhkan semangat patuh kepada logika. Semangat patuh kepada rules of the
game. Dan harus adil, dan tidak memaksakan kehendak dengan segala cara.
Intinya itu. Jadi kami akan terus komunikasi. Kami sangat sependapat dengan Pak
SBY, kita harus lakukan check and balance. Kita harus ada penyeimbangan. Jadi
stiap kekuasaan harus diawasi dan diimbangi. Ini filosofi check & balance
ini, adalah inti dari suatu demokrasi dan negara yang aman dan adil. Bahwa
tidak mungkin aman kalau tidak adil. Dan tidak mungkin ada kesejahteraan tanpa
keadilan. (zul/rmo)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com