MOMENTUM--Indonesia bukan hanya dikenal sebagai negeri subur dengan kekayaan alam melimpah. Ditambah panorama alam yang indah. Masyarakat dan para petinggi negaranya juga suka bercanda. Bahkan, untuk hal yang mengenaskan pun, masih dianggap lucu.
Beberapa waktu silam, masyarakat dibuat heboh dengan ungkapan mudik dan pulang kampung. Boleh pulang kampung tapi dilarang mudik. Ups!
Tidak usah bingung. Tidak perlu sampai membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Merepotkan. Karena hanya berselang beberapa hari sudah ada klarifikasi. Mudik dan pulang kampung tak perlu dipertentangkan.
Klarifikasi itu disusul dengan kebijakan mengizinkan kembali angkutan umum, termasuk penerbangan, beropeasi. Dengan catatan: Mudik tetap dilarang, pulang kampung dibolehkan. Ingat, tak usah bingung!
Kemudian soal pasar dan pusat perbelanjaan ramai pengunjung. Bandar udara disesaki calon penumpang pesawat terbang. Tiba-tiba masyarakat menghebohkan dan memviralkan peristiwa di kedua tempat itu.
Masyarakat seperti kurang kerjaan. Namanya pasar dan bandara, ya sudah pasti ramai. Kecuali pasar atau bandaranya habis kebakaran atau paling tidak kebanjiran, baru sepi.
Sementara masjid yang selalu ramai pada setiap Ramadan dan Jumat, tiba-tiba sepi. Juga, lumrah. Tidak perlu dibuat heboh. Bisa bisa kamu digebuk Mbah Kyai kalau sampai bikin keributan di tempat ibadah.
Selain itu, sepinya masjid juga bukti kepatuhan umat Islam terhadap anjuran pemerintah untuk mencegah penyebaran virus Corona alias Covid-19. Patuh saat diminta beribadah di rumah.
Bagi jemaah yang "ngeyel" salat di masjid, mereka juga sami'na waatho'na alias taat dan patuh dengan tulisan di atas karton yang ditempel di tembok masjid: "Yang Tidak Memakai Masker Silakan Sholat di Serambi Masjid".
Beitu juga, ketika pengurus memberi tanda silang atau garis hitam untuk area yang boleh dan tidak untuk digunakan salat. Tidak ada jemaah yang protes.
Sementara soal banyak warga tiba-tiba ramai ke bandara, setelah beberapa lama menahan diri berdiam di rumah. Atau pasar makin dekat Idul Fitri kian disesaki pengunjung. Juga bukan berarti rakyat tidak patuh terhadap anjuran pemerintah untuk menjaga jarak aman atau menghindari kerumuman.
Tetapi, sepertinya memang tidak ada tanda khusus atau batas area di bandara dan pasar yang dilarang diinjak. Artinya, rakyat bebas memilih tempat antre di depan pintu masuk bandara atau berjualan di pasar.
Karena itu, sebagai warga negara, tak perlu lagi mempertentangkan pulang kampung dengan mudik. Tidak usah pusing dengan bandara yang kembali disesaksi calon penumpang pesawat terbang. Atau geleng kepala melihat masyarakat berdesak-desakan di pasar.
Sikap itu penting. Mengingat apa pun yang dipahami rakyat soal masjid sepi, mudik atau pulang kampung, maupun tentang bandara dan pasar kian ramai, tetap tidak ada yang benar. Rakyat sama dengan salah!
Sebaliknya, apa saja yang dilakukan pemerintah, tidak ada yang salah. Meski belum tentu benar. Tetapi yang ada hanya keliru. Tak usah bingung. Salah atau keliru! Biar nanti ada yang mengklarifiksi. Namanya juga bercanda.Tabik!
Oleh Muhammad Furqon - Dewan Redaksi Harianmomentum.com
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com