Harianmomentum--Generasi muda Indonesia harus menjadi
pelopor dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga dalam wadah NKRI.
Hal tersebut dikatakan Panglima TNI dihadapan awak
media usai memberikan ceramah pada acara Simposium 72 Tahun Kemerdekaan RI
dengan tema “Bangkit Bergerak, Pemuda Indonesia Majukan Bangsa” di Gedung Mawar
Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (14/8).
Menurut Panglima TNI, berdasarkan sejarah dan
antropologi budaya, bangsa Indonesia termasuk para pemudanya merupakan kumpulan
ksatria dan patriot. Bangsa Indonesia pasti utuh dan tidak mungkin
terpecah-pecah selama para pemudanya mengamalkan Pancasila.
"Mari kita bersama-sama mengimplementasikan
nilai-nilai Pancasila dalam sendi kehidupan, sehingga generasi muda ikut
berperan dalam menjaga ke-Bhinneka Tunggal Ika-an serta persatuan dan kesatuan
bangsa," katanya.
Lebih lanjut Jenderal TNI Gatot menyampaikan bahwa
negara asing sangat berkepentingan untuk melemahkan persatuan dan kesatuan
Indonesia agar mereka dapat dengan mudah memecah belah negeri ini melalui
intoleransi. Isu intoleransi dinilai sangat tepat untuk mengadu domba bangsa
Indonesia yang jumlah penduduknya besar, negara kepulauan terbesar dengan 17
ribu Pulau, 34 Provinsi, 714 Suku dan 1.100 bahasa lokal.
"Kita harus sadari bahwa Indonesia merupakan
negara besar dan kuat," ujarnya.
"Saat ini, benih-benih intoleransi sudah mulai
dirasakan dan yang pasti didesain oleh pihak asing. Intoleransi merupakan cara
untuk memecah belah Indonesia guna menguasai sumber daya alam yang melimpah.
Inilah yang sekarang dihadapi bangsa Indonesia," tambah Panglima TNI.
Terkait kegiatan Doa Bersama pada tanggal 17 Agustus
tahun 2017 pukul 17.00, Gatot mengatakan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia
berkat jasa para pejuang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki
keinginan luhur untuk merdeka.
"Kegiatan doa bersama pada 17 17 17 yang akan
dilaksanakan bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 sebagai
bentuk implementasi dari Sila Pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha
Esa," jelasnya.
“Maka pada saat
penurunan bendera tanggal 17 Agustus 2017, saya mengimbau kepada semua
masyarakat untuk berdoa berdasarkan agama masing-masing memohon agar Rahmat dan
Hidayah Tuhan Yang Maha Esa tetap diberikan kepada bangsa Indonesia untuk lebih
kasih sayang serta bisa membangun negeri ini dengan tenang. (wid/rmol)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com