MOMENTUM--Berita tentang Syeh Ali Jaber yang ditusuk di Bandarlampung menjadi viral. Bagaimana tidak, seorang ulama tersohor ditusuk di tengah keramaian. Saat berdakwah.

Kenapa? Apa motifnya? Berbagai pertanyaan itu pun timbul dalam benak saya.

Sampai sekarang saya belum dapat jawaban dari pertanyaan itu. Polda Lampung sampai saat ini masih terus mendalami kasusnya.

Saya sangat mengapresiasi Polda Lampung yang dengan sigap menangani kasus itu. Dalam hitungan jam pelaku ditetapkan sebagai tersangka.

Walau begitu, saya merasa masih belum puas. Miris saja gitu, mendengar ada seorang ulama ditusuk saat berdakwah.

Anehnya, orangtua pelaku bersikukuh mengatakan kalau anaknya mengalami gangguan kejiwaan. Sehingga melakukan penusukan itu.

Bahkan sejak beberapa tahun silam, katanya. Ya wajar sih, namanya juga orangtua. Tentu bakal membela anaknya, meski kenyataannya memang bersalah. 

Cuma saya tidak habis pikir. Kok bisa dibilang pelaku sakit jiwa? Kalau gila kenapa tidak dititipkan ke rumah sakit jiwa?

Usut punya usut, ternyata pelaku punya akun instagram sejak April 2018. Apa iya orang gila bisa main media sosial? Bisa foto selfie? Pastinya punya smartphone dan bisa mengoperasikannya.

Sepengetahuan saya sih, orang sakit jiwa tidak ada yang punya akun media sosial. Kalau pun nantinya pelaku resmi dinyatakan gila.

Saya menyarankan agar Museum Rekor Indonesia (MURI)  mencatatnya sebagai oang gila terpintar di negeri ini. Bahkan bila perlu di dunia. 

Karena pandai bersosial media. Bisa main gitar. Hobi selfie. Punya smartphone. Jarang-jarang lho ada orang gila yang begitu. Hehe

Terlepas dari itu semua, saya berharap Polda Lampung tidak terpengaruh dengan omongan orang tua pelaku. Lalu melepaskan pelaku karena dianggap gila. 

Tentu kita semua berdoa agar pelaku mendapat hukuman yang setimpal. Karena sudah berani menyerang ulama yang sedang berdakwah. Tabik pun (**)

Oleh: Agung DW