MOMENTUM, Bandarlampung-- Tiga calon kepala daerah (Calonkada) di Kota Bandarlampung memiliki cara tersendiri berkampanye.

Jika paslon nomor urut 1 dan 2 menggunakan metode dari rumah ke rumah (door to door), paslon nomor 3 lebih memilih pertemuan terbatas. 

Yuhadi, Ketua Tim Pemenangan pasangan nomor urut 1 Rycko Menoza-Johan Sulaiman (Rycko-Jos) mengatakan, pihaknya sengaja memilih metode door to door untuk meminimalisir terjadinya penyebaran covid-19.

"Diantara metode kampanye lain, ini yang paling tidak beresiko. Mas Rycko menyambangi warga tanpa kerumunan dan tanpa jabat tangan. Barang (APK) yang kami beri ke warga pun sudah disterilisasi. Ini untuk menghindari covid-19," kata Yuhadi.

Hal itu disampaikan Yuhadi pada Harianmomentum.com saat mendampingi Rycko-Jos dalam sesi kampanye pada Rabu (30-9).

"Kita kampanye sesuai STTP yang diterbitkan Polresta dan sudah berdasarkan rekomendasi dari tim gugus tugas. Kita kampanye 10 hingga 24 titik per hari," sambung Ketua DPD II Partai Golkar Bandarlampung itu.

Budiman, Ketua Tim Pemenangan pasangan nomor urut 2 M Yusuf Kohar-Tulus Purnomo (Yutuber) juga melakukan hal serupa.

Sejak hari pertama masa kampanye, Budiman bersama tim sukses selalu mengedepankan protokoler kesehatan.

Bahkan, Yutuber turut membagikan alat pelindung diri (APD) berupa masker sebagai alat peraga kampanye (APK), untuk dibagikan ke setiap warga yang ditemui.

“Dalam kampanye door to door kami menjaga protocol kesehatan. Tidak ada pengumpulan massa. Kita jaga jarak dan memakai masker,” tutur Budiman pada Harianmomentum.com, Rabu (30-9).

Dia mengklaim metode kampanye ini lebih efektif dibanding mengumpulkan massa. 

“Pengumpulkan massa itu bisa berakibat penularan covid. Sehingga kita anggap door to door yang palig baik,” ungkapnya.

Jika metode pengumpulan massa, dia khawatir terbentuk cluster baru covid-19.

“Bicara soal efektifitas dalam menaikkan popularitas dan elektabilitas paslonkada, door to door pun sangat efektif,” kata Ketua DPC Demokrat Bandarlampung itu.

Terpisah, Wiyadi, Ketua Tim Pemenangan pasangan nomor urut 3 Eva Dwiana-Dedi Amrullah justru memilih metode pertemuan terbatas, ketimbang door to door.

Kampanye di masa pandemi covid-19 tidaklah mudah. Sehingga perlu strategi baik untuk mencegah terjadinya penularan.

“Kami tetap turun ke bawah, menyapa masyarakat. Memang tidak mudah, tidak seperti pemilu di masa lalu. Karena ini kan (kampanye) dalam masa pandemi covid-19,” kata Wiyadi pada Harianmomentum.com, Rabu (30-9).

Oleh karenanya, sambung Ketua DPRD Kota Bandarlampung itu, pihaknya tetap patuh dalam menjaga protokoler kesehatan.

“Maka kita kampanye dengan (metode) pertemuan terbatas, jumlah 50 orang peserta,” ujarnya.

Menurut Wiyadi, kampanye di masa pandemi membutuhkan energi yang luar biasa besar. “Kalau dulu bisa 200 orang sekaligus. Tapi sekarang harus empat kali, kalau mau 200 orang,” jelasnya.

Meski sulit, namun langkah itu tetap ditempuh. “Tidak apa, toh ini untuk mensosialisasiikan program Ibu Eva dan Pak Dedi,” jelasnya.

Menurut Wiyadi, pola kampanye pertemuan terbatas yang kini digalakkan Eva-Dedi adalah cara terefektif.

Terlebih, tutur Wiyadi, semua kontestan sudah berkomitmen dengan KPU, Bawaslu dan Polresta untuk menjaga protokol kesehatan.

“Jadi kita belum kampanye door to door, mengingat pandemi covid cukup tajam. Kita tidak ingin pilkada ini membuat cluster baru,” ucapnya.

Tapi, sambung Wiyadi, dengan cara yang sistematis (pertemuan terbatas, red), semua elemen partai, dan relawan bergerak bersama, mensosisalisasikan seluruh program.

“Insya Allah program yang disampaikan dalam kampanye disambut baik dan dengan antusias oleh masyarakat Kota Bandarlampung. Sehingga 9 Desember calon kami bisa meraih suara terbanyak. Insyaallah, Amin,” ungkap Ketua DPC PDIP Bandarlampung itu.(**)

Laporan: Agung Chandra Widi

Editor: Andi Panjaitan