Akademisi: Kemenangan Caden Wujud Kritik Terhadap Parpol

Tanggal 13 Des 2020 - Laporan - 579 Views
Akademisi asal Unila, Dedy Hermawan.//ist

MOMENTUM, Bandarlampung--Pasangan calon kepala daerah (paslonkada) Kota Metro nomor urut 01 Wahdi-Qomaru (WaRu) hampir dipastikan memenangkan pesta demokrasi di kota setempat.

WaRu yang merupakan calon independen (caden), mendapat dukungan 28.294 suara.  Sementara tiga paslonkada lainnya yang maju melalui jalur partai politik (parpol) membuntuti di belakangnya.

Paslonkada nomor urut 04, Anna Morinda-Fritz Ahmad Nuzir memperoleh 27.022 suara, 03 Ampian Bustami-Rudi Santoso 22.819 suara, dan 02 Ahmad Mufti Salim-Saleh Candra 19.158 suara.

Hal itu berdasarkan informasi yang dihimpun, berdasarkan hasil pleno PPK di lima kecamatan se-Kota Metro, Minggu (13-12-2020).

Menurut pengamat politik sekaligus akademisi asal Universitas Lampung (Unila), Dedy Hermawan,  kemenangan caden di Kota Metro merupakan wujud kritik masyarakat setempat terhadap parpol.

“Di tataran normal, tentu kemenangan seseorang melalui jalur independen sebagai krtitik terhadap parpol dan ekspresi dari kedaulatan rakyat,” kata Dedy kepada harianmomentum.com, Minggu malam (13-12).

Meskipun kemenangan caden di pilkada bukan pertama kali di Provinsi Lampung, namun menurut Dedy, hal itu suatu prestasi.

“Dulu di Lampung Timur juga ada yang menang melalui jalur ini. Jalur konstitutional ini sebagai alternatif kebuntuan jalur parpol,” jelasnya.

Sebab, sambung Dedy, jalur parpol ditandai dengan biaya yang mahal. “Para bakal calon kepala daerah yang tidak punya sumberdaya yang banyak bisa melalui jalur independen yang tanpa mahar politik,” ucapnya.

Jalur independen dipercaya punya efek dominan. Selain dianggap lebih murah, jalur ini pun bisa digunakan untuk peningkatan populartitas dan elektabilitas seseorang.

“Peningkatan popularitas dan elektabilitasnya bisa dimulai di awal, tengah, atau akhir,” sebutnya.

Namun dalam kacamata Dedy, Pilkada di Provinsi Lampung, khususnya di Metro tak lepas dari transaksional. Sebab prakmatis dan oportunisnya tinggai.

“Tidak hanya di Metro, se-Inddonesia prakmatisnya tinggi. Maka banyak yang kemudian, para calon dan timsesnya memaninkan sumberdaya di ujung tahapan. Itu yang mungkin dikenal serangan fajar dan sebagainya,” ungkapnya.

Karena itu, kini menebar logistik atau menebar materi menjadi pilihan. Bahkan terkadang, ada paslonkada yang jadwal kampanyenya minim, namun bisa tiba-tiba secara luar biasa menang di pilkada suatu daerah.

“Akhirnya bukan soal jalur parpol atau independen dalam situasi ini, kemenangan yang hadir sebagai buah dari transaksi materi saja antara paslonkada dengan pemilih. Saya khawatirnya di Metro juga dalam bingkai seperti itu,” ungkapnya.(**)

Laporan/Editor: Agung Chandra W

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Baliho Cagub Colong Star Kampanye, Bawaslu Ta ...

MOMENTUM, Tanggamus-- Terdapat beberapa titik baleho salah satu C ...


Kasat Reskrim Ingatkan Anggota PPK untuk Jala ...

MOMENTUM, Tanggamus -- Kasat Reskrim Polres Tanggamus Iptu Muhamm ...


KPU Tanggamus Lantik 100 Anggota PPK untuk Pi ...

MOMENTUM, Tanggamus --  Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tanggamu ...


Made Bagiasa Siap Ramaikan Pilbup Lamteng ...

MOMENTUM, Bandarlampung--I Made Bagiasa, anggota DPRD Provinsi La ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com