MOMENTUM, Lampung--Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung telah merilis hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020) pada tanggal 21 Januari 2021.
Hasil SP2020 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Provinsi Lampung mencapai 9,01 juta jiwa. Jika dibandingkan dengan hasil SP2010, selama sepuluh tahun terakhir terjadi penambahan 1,40 juta jiwa penduduk.
Menariknya, struktur usia penduduk Lampung didominasi Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Milenial. Penduduk Gen Z mencapai 27,80 persen dan penduduk Generasi milenial mencapai 25,54 persen.
Dominannya jumlah penduduk Gen Z dan Generasi Milenial di Lampung menunjukkan bahwa transisi struktur penduduk tengah berjalan dan mengarah pada tercapainya demographic dividend atau bonus demografi.
Hasil SP2020 menjelaskan bahwa penduduk usia produktif di Lampung meningkat, dampaknya rasio ketergantungan menurun. Jumlah penduduk usia kerja (15–64 tahun) mencapai 70,31 persen.
Gen Z adalah penduduk yang lahir tahun 1997–2012 atau kini usianya berada pada kisaran 8–23 tahun. Gen Z masuk kategori anak dan remaja, sebagian di antara mereka masih bersekolah. Sebagian lainnya sedang bersiap lulus kuliah, dan sebagian lainnya ada yang sudah menjadi generasi para pekerja baru. Sebutan lain untuk Gen Z adalah Generasi Post-Milenial.
Sementara Generasi Milenial sendiri adalah penduduk yang lahir tahun 1981–1996 atau kini usianya berada pada kisaran 24–39 tahun.
Penduduk Gen Z memiliki karakteristik yang unik. Dilansir https://websis.co.id, penduduk Gen Z sangat bergantung koneksi internet, lebih terdidik dibanding generasi-generasi sebelumnya, lebih peka bahwa dunia ini banyak masalah, menghargai keberagaman, berorientasi target, dan mengutamakan privasi.
Kontribusi Gen Z terhadap produktivitas ekonomi baik skala nasional maupun regional memang belum tergolong cukup signifikan. Namun, peran mereka dalam konteks menggeser pola dan perilaku konsumsi rumah tangga tidak dapat diremehkan.
Nielsen Consumer dan Media View pernah menyampaikan bahwa Gen Z memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan membeli di keluarga. Dua hal utama yang dipengaruhi adalah keputusan berlibur dan membeli produk elektronik.
Pengambilan keputusan berlibur dalam keluarga yang diambil Gen Z memiliki kesamaan karakter dengan Generasi Milenial.
Keduanya mengutamakan memilih produk-produk berlibur yang informasinya didapat melalui browsing dan informasi di media sosial. Contoh produk-produk tersebut misalnya perhotelan, restoran, paket liburan, pergudangan, dan jasa pengantaran barang. Uniknya, dalam penggunaan medsos, Gen Z lebih terbiasa dengan Instagram, Vimeo, Path, Line, dan menganggap Facebook lebih cocok untuk kakak, orang tua, atau Generasi Milenial lainnya.
Masih berhubungan dengan penggunaan internet, berbagai studi menemukan bahwa Gen Z memiliki kelekatan tinggi dengan mobile internet. Bahkan, ada sub segmen Gen Z yang tidak pernah menggunakan desktop computer. Mereka menggunakan laptop, smartphone, smartwatch, dan berbagai piranti bergerak lainnya untuk terkoneksi dengan internet.
Lebih jauh lagi, Kantar Millward Brown melalui Project Wayang (2017) menemukan bahwa teknologi mobile sangat terintegrasi dengan keseharian Gen Z. Piranti bergerak sudah menjadi area sangat pribadi Gen Z dan menjadi kepanjangan tangan mereka. Sisi positif lainnya, Gen Z dan Generasi Milenial dapat mendorong percepatan Indonesia masuk ke Revolusi Industri 4.0.
Gen Z dan Generasi Milenial mudah beradaptasi dengan teknologi, bukan hanya konsumen tapi juga creator. Saat ini, berdasarkan data startup ranking, startup Indonesia berada pada peringkat lima dunia.
Dilihat dari sisi jumlah mencapai 2.200 usaha. Ini menunjukan bahwa masa depan ekonomi digital Indonesia sangat prospektif.
Berdasarkan Survei e-commerce tahun 2019 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki 13.485 usaha e-commerce. Nilai pendapatan usaha dari penjualan internet sepanjang tahun 2019 mencapai 17,21 triliun rupiah dengan jumlah transaksi online sebanyak 24,82 juta transaksi.
Di Lampung, perkembangan usaha e-commerce tengah bertumbuh. Menurut data BPS tahun 2019, dari semua usaha yang ada di Provinsi Lampung, 18,48 persen sebagai usaha e-commerce. Persentase ini paling tinggi dibandingkan provinsi lain di Sumatera dan lebih tinggi dari angka nasional yang mencapai 15,08 persen.
Dari jumlah yang tercatat tersebut,sebagian besar (40,83 persen) memulai penjualan secara online pada rentang tahun 2017–2018. Usaha e-commerce yang memulai penjualan online-nya pada tahun 2019, mencapai 35,90 persen.
Sisi lainnya, melimpahnya Gen Z dan Generasi Milenial justru memiliki tantangan tersendiri.
Jika tidak optimal dikelola dengan baik dari sisi regulasi, insentif, pendidikan, dan ruang inovasi maka bisa menjadi beban karena kedua generasi tersebut terjebak hanya menjadi kelas konsumen digitalnya saja. Beli barang dari e-commerce namun barangnya impor.
Solusinya, Pemprov Lampung kini mesti sudah mulai membenahi sektor-sektor utama penyerap tenaga kerja dalam menampung “aspirasi” perilaku Gen Z dan Generasi milenial terutama pengokohan sektor ekonomi digital. Revitalisasi jaringan internet yang lebih masif dan luas, penyediaan bandwidth internet yang lebih powerfull merupakan upaya awal yang dapat dipertimbangkan.
Peningkatan keterampilan dan pembenahan vokasi di bidang TIK bagi para remaja juga perlu menjadi pertimbangan. Ketiga diselenggarakannya kompetisi-kompetisi adu kreasi yang lebih intensif untuk mencari bibit unggul dalam bidang TIK.
Keempat, bauran kebijakan yang pro pengembangan TIK dan ekonomi digital ke depan.
Alternatif lain yang dapat dikembangkan adalah dengan terus men-drive sektor pertanian ke arah yang lebih modern dan lebih bergengsi bagi para remaja.
Regenerasi petani saat ini cenderung stagnan dan didominasi usia 45 tahun ke atas (Generasi X). Meskipun anak muda mulai banyak yang tertarik pada pertanian namun jumlahnya tidak banyak. Padahal sektor pertanian merupakan sektor strategis.
Tren agritech harus sudah mulai digencarkan pada Gen Z dan Generasi Milenial. Kebijakan pertanian berbasis agritech seperti adopsi teknologi modern, pelatihan, dan akses pasar atau pengolahan pasca panen harus menjadi fokus pemerintah.
Dari sisi industri manufaktur, skill development programme dan vokasi juga harus menjadi program prioritas pemerintah agar Gen Z utamanya mampu lebih kompetitif masuk ke pasar kerja industri manufaktur.
Dari sisi investasi, pemerintah perlu terus mengundang para pemilik modal agar mau berinvestasi di Lampung dengan menyediakan kawasan khusus industri yang didukung dengan infrastruktur yang memadai.
Terakhir, booming-nya ekonomi digital perlu dimanfaatkan untuk menciptakan wirausaha baru dan pada akhirnya akan membuka lapangan kerja di berbagai sektor usaha.
Saat ini tercatat, meskipun Gen Z dan Generasi Milenial cukup dominan dalam struktur penduduk Indonesia namun jumlah wirausahawan muda jumlahnya hanya tiga persen dari total penduduk Indonesia. (**)
Penulis: Wike Yulia Statistisi Muda BPS Provinsi Lampung
Email : wike_yulia@bps.go.id
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com