MOMENTUM, Yogyakarta--Pandemi Covid-19 masih berlanjut hingga hari ini, tanggal 22 Maret 2021, yang juga diperingati sebagai World Water Day atau Hari Air Sedunia sejak tahun 1993.
Dilansir melalui United Nations (UN) Water, peringatan Hari Air Sedunia diumumkan dalam sidang umum PBB ke-47 di Rio de Janeiro pada tanggal 22 Desember 1992.
Peringatan ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat dunia terhadap pentingnya air bersih sehingga dapat mendorong pengelolaan sumber air yang berkelanjutan.
Air merupakan hak asasi dan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Tidak ada satu pun manusia yang bisa hidup tanpa air. Berbagai kegiatan pokok seperti minum, mandi, memasak, dan mencuci tentunya membutuhkan air dengan kualitas baik dan bersih.
Selain itu, air juga membantu manusia untuk mendapatkan metabolisme tubuh yang lebih kuat. Kondisi kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi air, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang ini mengharuskan manusia untuk mengonsumsi air lebih banyak dibandingkan kondisi normal untuk mencegah penularan virus.
Menurut World Health Organization (WHO), mencuci tangan dengan sabun dan air merupakan cara yang efektif dalam menangani penyebaran Covid-19. Sanitasi untuk mencuci tangan tentunya harus menggunakan air yang berkualitas baik.
Hal itu juga harus dilakukan dengan menggunakan teknik yang sesuai dan dalam waktu yang sesering mungkin.
Adanya anjuran dari WHO membuat masyarakat menggunakan air dalam waktu yang relatif lebih sering dari biasanya.
Menurut penelitian Indonesia Water Institute (IWI), pada periode 15 Oktober-20 November 2020, pola penggunaan air bersih oleh masyarakat selama pandemi Covid-19 meningkat hingga tiga kali lipat. Dalam riset tersebut menyebutkan bahwa sebanyak 67% dari 1.296 responden melakukan aktivitas cuci tangan lima kali lipat lebih sering dibandingkan kondisi normal.
Sebanyak 65% responden juga mengaku melakukan mandi lebih dari tiga kali dalam sehari selama pandemi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada peningkatan volume air untuk mencuci tangan menjadi 20–25 liter untuk satu orang per hari. Selain itu, volume air untuk mandi terjadi peningkatan menjadi 150–210 liter untuk satu orang per hari.
Angka yang luar biasa ini menandakan adanya kesadaran atau ketakutan masyarakat terhadap penularan Covid-19. Di sisi lain, peningkatan pola konsumsi air tidak sebanding dengan jumlah air bersih yang tersedia. Pandemi Covid-19 seolah-olah menyadarkan kita bahwa air sangatlah krusial dan berharga.
Kebersihan dan kesehatan diri menjadi syarat mutlak bagi masing-masing individu untuk tetap bertahan di masa pandemi. Namun, peningkatan pola penggunaan air tidak sebanding dengan jumlah air bersih yang dapat diakses.
Hal ini tentunya tidak bisa diabaikan, mengingat kebutuhan masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi untuk mencegah penularan Covid-19 juga harus terus terpenuhi di tengah krisis air bersih yang tak kunjung terselesaikan.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa hanya sebanyak 74% penduduk Indonesia yang mendapatkan akses air bersih.
Sebagian masyarakat lainnya masih harus menelan pil pahit karena tidak bisa menikmati air dengan kualitas yang baik. Forum Air Dunia memperkirakan krisis air di Indonesia akan benar-benar terasa pada tahun 2025. Bahkan, kajian resmi pemerintah Indonesia memprediksi bahwa Jawa akan kehilangan hampir seluruh sumber air bersih di tahun 2040. Krisis ini terjadi karena tingkat kebutuhan air tidak sebanding dengan tingkat ketersediaannya.
Kebutuhan air bersih yang terus meningkat dengan disertai krisis air bersih membuat kita harus lebih bijak dalam menggunakan air.
Sejak usia dini, masyarakat sudah diajarkan bagaimana langkah yang tepat dalam penggunaan air. Namun, hal tersebut seolah-olah terlupa saat pandemi Covid-19 menyerang.
Pola penggunaan air yang terus meningkat drastis selama pandemi harus tetap diantisipasi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk menghargai air yang ketersediaannya sudah mulai tak menentu.
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menghargai air di masa pandemi adalah dengan mengetahui waktu-waktu penting untuk membersihkan tangan. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dalam Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun, waktu penting untuk membersihkan tangan adalah sebelum makanan, sesudah buang air besar dan menggunakan toilet, setelah bersin dan batuk, serta setelah menyentuh sesuatu yang rentan tertempel virus.
Selain itu, mencuci tangan dengan cara yang tepat selama 40 detik dapat mencegah infeksi Covid-19 tanpa harus khawatir dengan jumlah air yang terbuang percuma.
Hal yang paling penting dan dibutuhkan adalah komitmen yang serius dari pemerintah dalam pemenuhan akses air bersih dan sanitasi yang layak untuk seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Fokus pemerintah saat ini adalah pemulihan kesehatan dan bangkitnya perekonomian. Namun, adanya pandemi Covid-19 ini juga dapat mendorong pemerintah untuk menyadari pentingnya air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak.
Diperlukannya keterlibatan aktif baik dari pemerintah maupun sektor swasta dalam upaya pemberlakuan kebijakan dan pencapaian target untuk menciptakan pengelolaan sumber air yang berkelanjutan.
Para pemangku kepentingan seperti pemerintah, mitra pembangunan, sektor swasta, dan masyarakat harus saling bekerja sama untuk menghargai air demi masa depan generasi Indonesia yang unggul.
Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan air dan peran masyarakat dalam menggunakan air yang bijak akan memperbesar peluang selamatnya Indonesia dari krisis air di masa depan. Selain itu, kebutuhan air bersih untuk pencegahan virus di masa pandemi Covid-19 juga dapat terpenuhi dengan baik. (**)
Penulis: Alvina Lutviyani Mahasiswa Prodi Kimia UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com