MOMENTUM, Bengkunat-- Peningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat, menjadi salah satu prioritas program kerja Pemkab Pesisir Barat (Pesibar).
Priorotas tersebut lebih difokuskan pada wilayah-wilayah terisolir. Salah satunya, di kawasan Wayharu, Kecamatan Bengkunat.
Pekon Wayharu memang dikenal sebagai daerah paling terisolir di kabupaten setempat. Letaknya berada di tengah kawasan konservasi alam dan satwa liar Tambling.
Selain itu, berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, membuat Pekon Wayharu sangat sulit dijangkau.
Butuh biaya besar dan keberanian tinggi. Lebih pasnya mungkin kenekatan untuk masuk ke kawasan Wayharu.
Tidak ada akses jalan aspal menuju kesana. Satu-satunya, harus menerobos lebatnya kawasan hutan dan medan berat di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan kawasan konservasi alam dan satwa liar Tambling.
Ojek sepeda motor dengan tarif 1,5 juta menjadi satu-satunya pilihan sarana tranportasi yang bisa digunakan. Dengan waktu tempuh mencapai lebih dari empat jam sampai ke pusat Pekon Wayharu.
Kalau untuk sampai ke-empat pemangku/dusun di Pekon Wayharu, waktu tempuhnya bisa lebih dari enam jam. Itu pun dalam kondisi jalan kering. Jika musim hujan, hampir pasti tidak ada ojek yang bersedia mengantar ke Wayharu.
Jalur laut menjadi alternatif lain untuk menuju kawasan Wayharu. Namun, kondisi dan resikonya tidak jauh berbeda dengan jalur darat. Jika lewat jalur laut, harus menyewa perahu motor menantang ganasnya gelombang samudera Indonesia dengan waktu tempuh bisa mencapai tiga jam.
Tarif sewa perahu dengan kapasitas lima orang, mencapai Rp2 juta. Itu pun masih tergantung kondisi cuaca. Jika cuaca ekstrim, seperti hujan dan angin kencang, pemilik perahu tidak berani mengatar menyeberang.
Dengan kondisi tersebut, tak mengherankan jika lebih kurang 900 jiwa warga Wayharu yang tersebar di empat pemangku/dusun: Pengekahan, Waybinjay, Sumakju dan Titijati nyaris tak pernah menikmati hasil pembangunan.
Tidak ada penerangan listrik PLN di sana, begitu juga dengan akses telekomunikasi. Sulit mendapatkan signal telepon di Wayharu.
Sarana pelayanan kesehatan juga sangat minim. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, hanya mengandalkan bidan desa dan beberapa tenaga kesehatan yang ditempatkan di Puskesmas pembatu di pusat pekon.
Pemkab Pesibar sudah berusaha membuka akses jalan menuju Wayharu. Namun, usaha tersebut terbentur perizinan karena harus melewati kawasan TNBBS dan konservasi alam Tambling.
Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat Wayharu, Dinas Kesehatan Pesibar membuat agenda kunjungan terjadwal, seperti yang dilakukan pada Rabu 25 Agustus 2021.
Kepala Dinas Kesehatan Pesibar Tedi Zadmiko bersama beberap tenaga kesehatan berangkat menuju Pekon Wayharu.
Jalur laut dipilih untuk mencapai kawasan tersebut. Sekitar pukul 07.00 WIB, rombongan yang menyewa tiga perahu nelayan berangkat dari Dermaga Pekon Kotajawa di Kecamatan Bengkunat.
Lebih kurang 1,5 jam perjalanan cuaca berubah tak bersahabat. Hujun dan angin kencang, memicu gelombang tinggi, menerjang perahu yang disewa rombongan Dinkes Pesibar. Rasa cemas mulai menghinggapi rombongan.
“Pak sepertinya kita nggak bisa lanjut,” ujar nelayan yang mengemudikan perahu sewaan itu kepada Kepala Dinkes Pesibar Tedi Zadmiko yang duduk di sebelah wartawan harianmomentum.com.
Sejenak Tedi Zadmiko termangu, sebelum akhirnya menyahut. “Kalau terus gimana,” tanyanya dengan nada ragu.
“Ya, kalau mau nekat nggak apa-apa, tapi resikonya..? Belum selesai perkataan itu, dari perahu sebelah terdengar riuh teriakan. “Awas pegangan yang kuat, perahu mau terbalik, “ teriak anggota rombongan lainya di perahu sebelah.
Angin kencang dan gelombang tinggi memang terasa menghempas keras tiga perahu rombongan dinkes. Akibatnya, salah satu perahu yang ditumpangi rombongan nyaris terbalik. Melihat kondisi itu, Kadiskes Tedi Zadmiko, spontan memutuskan untuk tidak melajutkan perjalanan. Putar balik kembali ke Dermaga Kotajawa.
“Tadi kita sudah coba ke Wayharu, tapi cuaca memang tidak mendukung. Karena itu, demi keamanan dan keselamatan terpaksa kita tunda,” kata Tedi sesampainya kembali di Dermaga Kotajawa.
Kadinkes memutuskan menginap di Pekon Kotajawa sambil menunggu cuaca membaik, untuk melajutkan kunjungan pelayanan kesehatan masyarakat di Wayharu.
“Kita coba minep di sini. Mudah-mudahan besok cuaca bersahabat dan kita bisa kembali berangkat ke Wayharu untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat,” jelasnya.
Menurut Tedi, kunjungan tersebut merupakan agenda rutin memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat Wayharu secara berkala.
“Selama ini hanya cara seperti ini yang bisa kita lakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat setempat. Akes ke sana memang sangat sulit, harus bertaruh nyawa demi tugas memberikan pelayanaan kesehatan pada masyarakat,” ungkapnya.
Dia berharap, kondisi tersebut mendapat perhatian serius dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, agar membantu upaya Pemkab Pesibar membuka akses menuju kawasaan Wayharu.
“Semoga kondisi ini cepat mendapat perhatian serius dari pemerintah pusat, agar kita bisa memberikan pelayanan kesehatan yang lebih maksimal dan bekualitas kepada masyarakat Wayharu.(**)
Laporan: Agung Sutrisno
Editor: Munizar
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com