Butuh Perhatian

Tanggal 07 Okt 2021 - Laporan - 667 Views
Agung DW, Wartawan Harian Momentum.

MOMENTUM-- Alkisah, ada seorang atlet yang sangat berprestasi. Tidak hanya daerah, dia bahkan berhasil mengharumkan nama negaranya di kancah internasional. 

Setiap laga yang dialakoni, atlet tersebut selalu pulang dengan membawa medali. Tentu semua orang bangga padanya. 

Berbagai fasilitas pun diterima selama menjadi atlet. Mulai dari rumah, kendaraan hingga pendapatan bulanan.

Namun, tak selamanya atlet itu akan bersinar. Ada kalanya dia meredup. Apalagi, faktor umur memaksanya untuk tidak bisa lagi mewakili negaranya.

Sehingga, dia pun terpaksa pulang ke kampung halaman. Semua fasilitas yang sempat dinikmati pun hilang seketika. 

Begitu juga dengan pendapatan bulanan yang selalu diterima. Bak tersambar petir di siang bolong, biasanya hidup berkecukupan kini untuk makan saja sulit.

Dia pun terpaksa menjadi petugas keamanan di salah satu tempat hiburan. Gaji yang ia dapatkan berbanding jauh saat menjadi seorang atlet. 

Hingga akhirnya dia tergiur untuk memulai bisnis haram, menjual obat-obatan terlarang. 

Awalnya, bisnis haram itu berjalan mulus. Pundi rupiah yang dihasilkan pun relatif banyak. Lebih dari cukup untuk menghidupi keluarganya. 

Tapi, nasib berkata lain. Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga. 

Bisnis hitam yang dia tekuni mulai terendus aparat penegak hukum. Sampai akhirnya dia tertangkap basah saat sedang bertransaksi narkoba. 

Lantaran takut dipenjara, dia langsung melarikan diri. Aparat yang sudah bersiaga, langsung menembaknya. 

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Dia pun langsung tewas seketika itu juga. Akhir yang tragis untuk seorang atlet berprestasi.

Cerita itu merupakan kisah nyata dari seorang atlet ternama di Indonesia. Kisahnya sengaja saya ulas karena saat ini sedang berlangsung Pekan Olahraga Nasional (PON).

Tentu banyak atlet berprestasi yang telah menyumbang medali untuk daerahnya. Tidak terkecuali di Lampung. Saat ini, para atlet itu disanjung, dipuja, dielu-elukan layaknya pahlawwan. 

Tapi bagaimana nasibnya sepuluh tahun ke depan? Kita semua tidak ada yang tau. Terutama saat mereka sudah tidak lagi menjadi atlet.

 Sehingga pemerintah mempunyai kewajiban untuk memikirkan nasib mereka. Agar kisah di atas tidak terulang kembali. Karena bagaimanapun, usia akan mempengaruhi performa. Tabik pun. (**)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu ...

MOMENTUM-- Sejak awal Maret lalu, saya sebenarnya sudah mendapat ...


Pesan Khatib di Mimbar Jumat ...

MOMENTUM-- Pemilihan presiden (Pilpres) menjadi magnet tersendiri ...


Siklus Kehidupan ...

MOMENTUM-- Dulu, ketika beranjak remaja, saya selalu mendapat tug ...


Unila kembali Bergejolak ...

MOMENTUM-- Universitas Lampung (Unila) kembali jadi sorotan publi ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com