MOMENTUM, Balikbukit--Awalnya iseng memelihara dua ekor musang atau luwak untuk hiburan. Kini, menjadi bisnis kopi yang menjangkau pasar luar negeri.
Kisah sukses itu dijalani Gunawan. Warga Kelurahan Waymengaku, Kecamatan Balikbukit, Lampung Barat yang akrab disapa Bang Gun ini memproduksi kopi luwak dengan merek Raja Luwak.
Tidak ada yang menduga. Keisengan mengisi waktu luang memelihara dua ekor luwak 15 tahun silam, menjadi awal dari bisnisnya memproduksi kopi luwak.
Ratusan kilogram bubuk kopi luwak yang diproduksi setiap bulan. Selalu habis dibeli masyarakat. Bahkan, produknya sudah dijual ke pasar luar negeri atau diekspor ke sejumlah negara. Seperti beberapa negara ASEAN, China hingga negara Timur Tengah.
"Alhamdulilah saat ini pemasaran kami bukan hanya di dalam negeri. Kami kerap mengirim permintaan pasar luar negeri," kata Gunawan saat ditemui di kediaman sekaligus tempat produksi kopi luwak miliknya, Senin (6-12-2021).
Seiring dengan perkembangan bisnisnya, Gunawan akhirnya juga memproduksi beragam varian kopi khas Raja luwak. Kurang lebih ada empat varian rasa kopi yang diproduksi. Kopi luwak asli, kopi petik merah, kopi pinang dan kopi pinang zet.
Keempat varian kopi tersebut dibandrol dengan harga jual berbeda. Harga kopi luwak asli, Rp600 ribu perkilogram. Kopi petik Rp150 ribu perkilogram. Kopi pinang Rp600 ribu perkilogram.
Khusus kopi pinang zet, dijual dengan kemasan saset untuk satu kali seduh dengan harga Rp50 ribu. "Kopi pinang zet memiliki khasiat tersendiri. Dapat meningkatkan stamina kaum laki-laki," katanya.
Karena itu, penjualan kopi luwak piang zet ditangani sedikit berbeda. Tidak semua masyarakat dilayani. Hanya untuk pria cukup umur atau dewasa yang diperbolehkan membeli kopi ini.
"Selain cara produksi yang berbeda dan memerlukan waktu dalam meproduksinya, kopi pinang zet memang tidak sembarang dijual. Kerana khasiatnya yang dapat meningkatkan stamina maka penjulan kami batasi, tidak sembarangan diberikan kepada orang yang belum cuku umur," terangnya.
Selain varian kopi, dia juga memproduksi gula semut sebagai teman dalam meracikan kopi agar kopi lebih terasa nikmat. Produksi gula semut dijual Rp30 ribu perkilogram.
Gunawan mengaku bisnisnya terganggu selama dua tahun pandemi Covid-19. Dia pun memutar otak agar kopinya tetap diserap pasar. Meski demikian, omsetnya masih jauh atau turun drastis selama dua tahun terakhir.
Sebelum pandemi, dia menjual ratusan kilogram kopi luwak asli dalam sebulan. Belum ditambah penjulan dari varian lainya.
"Sebelum pandemi, penjulan kami mencapai angka 40 sampai dengan 50 juta rupiah dalam sebulan. Saat ini tergantung kecermatan pola melakukan pemasaran melalui media sosial," ungkapnya. (*).
Laporan: Sulemy.
Editor: M Furqon.
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com