MOMENTUM, Gedongtataan--Warga Kabupaten Pesawaran patut berbangga dengan potensi seni dan budaya yang menjadi warisan kearifan lokal. Salah satunya kerajinan kain tapis Sulam Jelujur.
Kerajinan kain sulam khas Pesawaran itu telah diperkenalkan di kancah nasional maupun internasional melalui berbagai ajang promosi industri kreatif.
Teranyar, kain sulam jelujur Kabupaten berselogan Bumi Andan Jejama itu mendapatkan apresiasi dari Yayasan Pertiwi Indonesia (YPI) yang berfokus pada pembinaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta Cinta Tenun Indonesia (CTI).
Dewan Penasehat YPI Rika Thohir menyebut sulam jelujur merupakan potensi khas yang menjadi kebanggaan warga Provinsi Lampung, khususnya Kebupaten Pesawaran.
"Kami turut berbangga terhadap karya kreatif dari warga Pesawaran. Tentunya, ini juga terjadi karena didukung penuh oleh Bupati Pesawaran, Dendi Ramadhona yang memperkenalkan produk Kain Sulam Jelujur melalui berbagai event promosi nasional maupun internasional," Rika saat meninjau proses produksi Kain Sulam Jelujur di Desa Sungailangka, Kecamatan Gedongtataan, Rabu (11-5-2022).
Bupati Pesawaran Dendi Ramadhona menyebut, pemkab terus memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya melalui pengembangan usaha ekonomi kreatif.
"Kabupaten Pesawaran memiliki cukup banyak hasil karya dari para pelaku ekonomi kreatif, seperti kain tenun tapis Lampung, sulam jelujur, komunitas musik, film dan fotografi yang sudah dikenal secara nasional dan bahkan mancanegara yang perlu disentuh oleh tangan-tangan kreatif," katanya.
Dendi berharap, dengan dukungan dari YPI dan CTI, sulam jelujur dan tapis Lampung khas Pesawaran dapat semakin dikenal luas dan bersaing dengan produk kerajinan nasional lainnya.
Ketua Dekranasda Kabupaten Pesawaran Nanda Indira Dendi menuturkan, penamaan Sulam Jelujur berawal pada bulan Desember tahun 2017.
"Sulam Jelujur ini tidak terlepas dari sejarah transmigrasi pertama di Indonesia pada tahun 1905 di Kabupaten Pesawaran, tepatnya di Desa Bagelen, Kecamatan Gedongtataan," tuturnya.
Dari sejarah transmigrasi tersebut terwujudlah sulamm. jelujur hingga mendapatkan kesempatan dan kerjasama pada tahun 2018 dengan pihak seniman dan Pemerintahan Negara Belanda.
Sulam jelujur kemudian dipajang di Station Central Metrohal Nederlands dan Museum Textile Amsterdam.
Selain itu, pada tahun 2019 sulam jelujur mendapatkan kesempatan untuk ditampilkan pada acara peragaan busana di Afrika Selatan. (**)
Editor: Munizar
E-Mail: harianmomentum@gmail.com