MOMENTUM, Brajaselebah -- Banyak desa yang bertetangga tetapi warganya kesulitan untuk saling berhubungan. Kendalanya, akses jalannya buruk atau dipisahkan dengan sungai.
Di antara desa yang kondisinya seperti itu adalah Desa Brajamulya, Kecamatan Brajaselebah, Lampung Timur (Lamtim).
Brajamulya berbatasan dengan Brajaemas, Kecamatan Wayjepara, Lamtim. Namun, warganya sulit berhubungan. Bahkan, kesulitan untuk mengangkut hasil pertanian.
Persoalannya, selain akses jalan masih tanah. Kedua desa juga dipisahkan dengan sungai selebar sekitar 25 meter.
Baca Juga: Ratusan Hektare Sawah Gagal Panen, Warga Tuding Irigasi dan Pabrik Air Kemasan
Anggota DPRD Provinsi Lampung dari Fraksi Partai Golkar, Ali Imron, pada Sabtu 28 Mei 2022, diajak Kepala Desa Brajamulya, Sujarno menyusuri jalan antarkedua desa. Sekitar satu kilometer dari jalan poros berupa onderlah. Dilanjutkan dengan jalan tanah sepanjang 1,2 kilometer.
"Awalnya jalan (jalan tanah) ini jalan setapak. Masyarakat berswadaya melebarkan jalan menjadi enam meter," kata Sujarno. Seraya menambahkan, warga menyewa alat berat untuk melebarkan jalan itu.
Bersama sejumlah aparat dan pemuda desa setempat, Imron mengendarai sepeda motor menyusuri jalan tersebut. "Beruntung sejak kemarin tidak hujan. Kalau hujan, sepeda motor pun sulit lewat," kata Sujarno.
Rombongan harus berhenti sekitar 200 meter sebelum sungai. Karena jalannya putus sekitar dua meter yang longsor terkikis hujan. "Seharusnya jalan ini dikasih TPT atau bronjong agar tidak longsor," kata Sujarno.
Penyusuran dilanjutkan dengan jalan kaki hingga ke tanggul sungai yang memisahkan Brajamula dan Brajaemas. Sungai itu berukuran sekitar 25 meter dengan tanggul enam meter.
"Kami mengharapkan pemerintah dapat membangunkan jembatan. Sehingga akses kedua desa menjadi lebih mudah. Apalagi di kedua desa itu terdapat ratusan hektare sawah dan kebun," katanya.
Selain itu, untuk memudahkan akses masyarakat mengangkut sarana produksi dan hasil pertanian, dia meminta pemerintah membangun jalan tanah tersebut menjadi lebih baik, misalnya dionderlagh.
Rombongan Imron kemudian berjalan kaki menuju ke sebuah jembatan gantung berukuran lebar satu meter melintas di atas sungai.
Jembatan yang berusia lebih dari lima tahun itu, menjadi satu-satunya akses warga kedua desa. Kondisinya sudah mengkhawatirkan. Banyak papan yang patah dan lapuk. Beberapa tali atau seling pengikatkan papan juga putus di makan usia. Perlu ekstra hati-hati untuk pelintas, terutama yang menggunakan sepeda motor.
Karena itu, kata Sujarno, perlu dibangun jembatan baru dan permanen. Sehingga tidak hanya sepeda motor, tapi mobil untuk mengangkut hasil pertanian juga bisa melintas.
Imron pun mempunyai penilaian yang sama. Dengan akses jalan yang lebih bagus dan bisa dilalui kendaraan roda empat, akan mendorong peningkatan perekonomian masyarakat. Kedua desa juga akan lebih cepat maju. (*).
Editor: Muhammad Furqon
E-Mail: harianmomentum@gmail.com