MOMENTUM, Bandarlampung -- Pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung agar diarahkan pada smart village tourism. Karena tren wisata mulai bergeser dari wisata massal ke wisata alternatif.
"Wisata massal cenderung sekadar mendatangi tempat-tempat populis dan menjadikan budaya dan masyarakat sebagai objek tontonan,” kata M. Sabiqul Iman, dosen Program Studi Bisnis Digital Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya.
Hal itu disampaikan Sabiqul saat menjadi pembicara TSA (Talent Scouting Academy): Review Substansi Program Pelatihan TSA-Unila yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusat Pengembangan Profesi dan Sertifikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Senin, 15 Agutus 2022.
Wisata alternatif, lanjut dia, berkunjung ke tempat-tempat unik, bagian dari proses pembelajaran, peningkatan dan pengembangan diri. "Dan yang terpenting adalah termotivasi guna ikut memberdayakan masyarakat serta berorientasi pada konservasi,” imbuhnya.
"Beragam budaya di desa-desa Lampung sangat layak menjadi bagian dari stretching point destinasi wisata. Terlebih Lampung begitu multikultur, bahkan disebut sebagai Nusantara mini, selain bentang alam dan berbagai kekayaan daerah yang beraneka rupa,” ungkapnya.
Dosen Prodi Bisnis Digital ini menerangkan bahwa Lampung menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar dengan 2435 desa. Maka dengan berbagai variasi karakteristik dan potensinya, desa layak menjadi bagian dari skema kepariwisataan.
“Pentingnya membangun sumber daya manusia berkarakter digital leadership yang mampu mendayagunakan berbagai fitur digital guna mengolaborasi berbagai sumberdaya daerah di Lampung agar tujuan kemakmuran bersama dapat tercapai,” kata dia.
Sementara, Ketua Prodi Bisnis Digital IIB Darmajaya M. Ariza Eka Yusendra, menyambut baik adanya kolaborasi Kementerian Kominfo dalam mengembangkan ekosistem digitalisasi.
“Prodi Bisnis Digital sangat mengapresiasi kegiatan ini. Hal itu menunjukan bahwa Prodi Bisnis Digital Darmajaya mendapatkan kepercayaan dari organisasi eksternal untuk pengembangan digital dan juga terdapat rekognisi untuk dosen prodi kami,” ucapnya.
Dari kegiatan tersebut, lanjut dia, gagasan tersebut bisa dikomunikasikan dan direalisasikan. “Institusi maupun prodi juga mendorong dosen dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan gagasan untuk perkembangan digitalisasi bisnis sesuai dengan keilmuannya,” katanya. (**)
Editor: Muhammad Furqon
E-Mail: harianmomentum@gmail.com