Ditemani lantunan tembang Jawa, di ruangan berukuran sekitar 4×3 meter tersebut, pria beruban itu dapat menghasilkan satu terompet dalam waktu sekitar sepuluh menit.

Meski usianya telah memasuki senja, jika menjelang malam pergantian tahun seperti ini Hairudin mampu membuat 700 terompet yang dikerjakan sejak Oktober lalu.

Ratusan terompet berbagai model dan ukuran berjejer di rumahnya. Mulai dari ukuran kecil hingga berbentuk naga.

Bagi Hairudin, rutinitas itu bukan suatu hal baru lantaran telah menggeluti usaha musiman tersebut sejak 2007 lalu.

"Saya sendiri yang mengerjakan terompet ini. Alhamdulillah dari Oktober hingga saat ini telah selesai 700 terompet siap jual," tuturnya saat ditemui di kediamannya, Jalan Cut Nyak Dien, Kelurahan Sukajawa, Kota Bandarlampung, Sabtu (31-12-2022).

Hasil jerih payahnya itu, dibanderol mulai dari Rp2 ribu hingga Rp20 ribu untuk terompet ukuran besar dengan bentuk naga.

"Untuk harga, gak bisa mahal. Soalnya kita jual kepada pedagang untuk dijual lagi di pinggir jalan. Jadi paling mahal Rp20 ribu," urainya.

Terlebih, para pelanggannya tak hanya dari seputaran Kota Bandarlampung saja. Namun ada yang dari wilayah Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan.

"Bahkan ada yang dari Kabupaten Pringsewu. Jadi kalau saya jual mahal, kasihan mereka. Bisa-bisa keuntungannya habis di ongkos," katanya sembari tertawa.

Meski demikian, raihan omzet musiman Hairudin paling sedikit mencapai Rp4 juta dari membuat terompet tersebut.

"Meskipun musiman. Tapi hasilnya itu bisa untuk menyambung hidup, karena keseharian saya hanya jual keset yang cukup untuk makan saja," terangnya. (**)