MOMENTUM, Medan -- Pers menjadi cerminan kondisi masyarakat. Jika pers berani dan kritis maka itu juga mencerminkan kondisi masyarakat yang demokratis.
Demikian disampaikan oleh Dosen Sejarah Universitas Medan sekaligus pengamat media massa, Ichwan Azhari dalam seminar Seruan Pers dari Sumatera Utara, di Hotel Grand Mercure, Kota Medan, Selasa (7-2-2023).
"Pers dan demokrasi berkaitan erat. Demokrasi bisa terwujud jika kinerja pers berjalan dengan baik. Nah, jika pers sudah takut dengan kekuasaan, artinya penguasa terlalu dominan," katanya.
Menurut dia sejarah pers juga turut diwarnai oleh sikap kritis melawan ketimpangan sosial sejak era kolonialisme belanda 1800 an hingga kini. Dua nama besar menjadi pelopor pers nasional, antara lain: Dja Endar Moeda (1800) dan Tirto Adhi Sooerjo (1907).
"Keduanya merupakan tokoh pergerakan yang menggagas perjuangan melawan kolonial Belanda melalui penerbitan surat kabar," katanya.
Menurut dia, insan pers juga penting untuk mengetahui sejarah pergerakan dan kaitannya dengan perjuangan menciptakan kondisi sosial yang demokratis, guna menuju masyarakat yang adil.
Seminar dihadiri sejumlah tokoh pers nasional, antara lain: Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu, Sejarawan pers Universitas Padjajaran, Nina Herlina, Sejawaran Pers UGM, Abdul Wahid serta wartawan senior Asrul Kamal Rokan. (*)
Editor: Muhammad Furqon
E-Mail: harianmomentum@gmail.com