MOMENTUM, Bandarlampung--Program moderasi beragama Kementerian Agama mendapat sambutan luas dari masyarakat Indonesia dan dunia. Secara nasional, program ini terbukti berhasil mewujudkan harmoni di tanah air. Maka dari itu, setelah diterapkan di lingkup nasional, sudah saatnya moderasi beragama dikembangkan untuk lintas benua, bahkan di dunia internasional sebagai jembatan perdamaian dunia. Pada prinsipnya moderasi beragama bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai beragama secara moderat dan saling menghargai hak tiap-tiap insan untuk memilih keyakinan serta cara hidup yang mereka anut. Konsep ini dijalankan secara universal, menjadi jembatan kerukunan umat di dunia.
Salah satu upaya menggaungkan dan menebarkan moderasi beragama dilakukan oleh Kementerian Agama dengan menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung, Jawa Barat pada 20 – 22 Desember 2023. Forum ini bisa menjadi tonggak penting dalam penguatan moderasi beragama di dunia. Selain ajang konferensi akademik, KMBAAA ini sekaligus menjadi pengingat spirit solidaritas bangsa Asia Afrika dan Amerika Latin. Sebagai salah satu peserta, saya melihat bahwa konferensi ini menjadi ikhtiar Kementerian Agama dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus ikut mengupayakan perdamaian dunia di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah Negara.
Kegiatan ini bahkan menjadi forum strategis internasionalisasi moderasi beragama di kawasan Asia Afrika dan Amerika Latin. Hal ini merupakan salah satu implementasi Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2023 Tentang Penguatan Moderasi Beragama. Penguatan moderasi beragama dapat menjadi solusi global dalam upaya perdamaian dunia. Oleh karena itu perlu didorong moderasi beragama sebagai gerakan wawasan global untuk mengatasi konflik yang masih terjadi.Moderasi beragama dapat menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan beragama dan berbangsa yang harmonis, damai, dan toleran di wilayah Asia Afrika dan Amerika Latin.
Konflik antarmanusia tidak boleh terjadi di zaman ini, sebab mengancam masa depan umat manusia. Sebab jika terus dibiarkan akan berakibat kehancuran total dari peradaban manusia dan global. Para tokoh agama-agama di dunia perlu untuk bersuara lantang agar secara signifikan dapat mengingatkan dunia tentang konsensus penting yang telah dicapai, yaitu Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Tujuan pelaksanaan Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin antara lain:
Pertama, menggelorakan kembali api dan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan bagi masyarakat dunia. Kedua, mengembangkan peran diplomasi publik internasional Republik Indonesia melalui penguatan moderasi beragama. Ketiga, mendorong terciptanya atmosfir perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia. Keempat, menangkal tumbuhnya budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem.
Kelima, mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari beragam latar belakang budaya, politik dan agama untuk terlibat dalam dialog yang bermakna demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan dan keselamatan.
Keenam, berpartisipasi dan berkontribusi bagi terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) dari perspektif agama. Ketujuh, menampilkan praktik-praktik baik toleransi beragama dan berbagi pelajaran mengenai pembangunan kerukunan umat beragama. Kedelapan, membuat rekomendasi mekanisme pembuatan kebijakan dan protokol dalam melakukan mitigasi dan penyelesaian masalah intoleransi, kekerasan dan ekstremisme keagamaan.
Tujuan dari konferensi tersebut jelas sangat sesuai dengan kondisi hari ini. Sebab, konflik agama masih saja terjadi di sebagian belahan dunia, maka dari itu perlu tafsir baru atau reaktualisasi ajaran agama. Salah satunya dengan moderasi beragama. Saat ini menjadi penting untuk berfokus pada pentingnya mengelola moderasi agama sebagai solusi perdamaian global. Di tengah lingkungan strategis global dan regional yang berubah dengan cepat, tantangan dan krisis dunia menuntut banyak negara untuk berkolaborasi dan bekerja sama. Terutama dalam hal menjaga perdamaian dunia, upaya moderasi dan toleransi beragama perlu ditekankan pada semua lapisan masyarakat.
Solusi mengelola moderasi dalam beragama merupakan instrumen penting dalam mencegah konflik, membangun konsensus, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta tatanan dunia yang damai. Kita juga menghimbau masyarakat internasional untuk terus mendorong diplomasi Islam Wasathiyyah, Islam yang rahmatan lil alamin bagi masyarakat internasional. Di bawah komando Gus Menteri, Kementerian Agama semakin komitmen tinggi untuk memajukan poros dunia Islam wasathiyah, sebuah posisi umat Islam untuk menegakkan etika global, saling memahami, menghormati, dan saling bergantung.
Setiap agama-agama di dunia harus bangkit untuk membangun peradaban dunia yang harmonis. Dalam khazanah Islam, pengertian wasathiyah terdapat banyak pendapat dari para ulama yang senada dengan pengertian tersebut, seperti Ibnu ‘Asyur, al-Asfahany, Wahbah al-Zu?aily, al-Thabary, Ibnu Katsir dan lain sebagainya. Kata wasath berarti sesuatu yang ada di tengah atau sesuatu yang memiliki dua belah ujung yang ukurannya sebanding. Menurut al-Asfahany, kata wasathan berarti tengah-tengah di antara dua batas (a’un) atau bisa berarti yang standar. Kata tersebut juga bermakna menjaga dari sikap melampaui batas (ifrath). Sikap wasathiyah atau moderat itu patut untuk menjadi pijakan kita semua demi terwujudnya harmoni lintas benua dan dunia global.
Konferensi Moderasi Beragama Asia Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) ini merupakan kerja sama antara Balitbang Diklat Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pengurus Pusat Muhammadiyah dan lainnya. Narasumber yang dihadirkan antara lain Prof Nahlah Al-Shoaidy (Penasihat Utama Sheikh Al- Azhar Al-Syarif, Mesir), Dr. (HC) KH Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU, Indonesia), Prof. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah, Indonesia), Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami (Tokoh Hindu, India), Prof. Samir Boudinar (Tokoh Moderate Muslims, Maroko) dan Ven. Napan Santibhaddo (Tokoh Moderate Buddhists, Thailand), Prof. Haiming Wen (Tokoh dan intelektual Konfusianisme, Cina, dan Matius Ho (Leimena Intitute).
Selain itu, hadir pula Adiyarto Sumardjono (Staf Ahli Menteri Agama), Jeane Marie Tulung (Dirjen Bimas Kristen), I Nengah Duija (Dirjen Bimas Hindu), Siti Nugraha Mauludiah (Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu), Fajar Hutomo dan Tatang Muttaqin (Staf Ahli Kemenparkeraf), Samsusin (Staf Ahli Bidang Hukum dan HAM Kemenpora), H.E. Dr. Abdulghani Nassr Ali Al-Shamiri (Dubes Yaman), H.E. Dr. Yassir Mohamed Ali (Dubes Sudan), H.E. Mohammad Boroujerdi (Dubes Iran), H.E. Mr. Zakarya MM el-Moghrabi (Dubes Libya), H.E Belmiro Jose Malate (Dubes Mozambique), H.E. Abdulla Salem AlDhaheri (Dubes United Arab Emirates), Mohd Shamsuri bin Ghazali (Dubes Saudi Arabia), H.E. Mr. Sudqi Atallah Abd. Alkader Al Omoush (Dubes Yordania). Kemudian, Mr. Muhammad Faisal Fayyaz (Deputy Head of Mission Pakistan), Mr. Alonso Martin Gomez Favila (KUAI (CDA) Mexico), Mr. Osama Hamdy (Charge de’affaires (CDA) Mesir), Mr. NGORN Thol (First Secretary Cambodia), Dr. Ammar Hameed Saadallah AlKhalidy (Head of Mission/CDA Irak), Mr. Qiu Xinli (Political Counselor China), Mohd Shamsuri bin Ghazali (Atase Agama Kedutaan Besar Malaysia), Mr. Jakson Nyagaka Onkoba (Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Kenya), Commodore Chaminda Karunasena (Defence Attache Sri Lanka), dan Ms. Avantika Singh (Second Secretary India).(**)
Oleh: Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag, Ph.D, Rektor UIN Raden Intan Lampung dan Peserta Konferensi Moderasi Beragama Asia, Afrika, dan Amerika Latin (KMB-AAA)
Editor: Agus Setyawan
E-Mail: harianmomentum@gmail.com