MOMENTUM, Bandarlampung--Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung segera mengembangkan produksi kedelai lokal.
Pengembangan kedelai lokal dengan luasan seribu hektare itu berlokasi Kecamatan Gedongtataan dan Negerikaton Pesawaran.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Bani Ispriyanto, Selasa (27-2-2024).
"Sesuai dengan arahan dari bapak gubernur yang menginisiasi pilot project kedelai lokal. Kita akan tanam di Pesawaran seluas seribu hektare," kata Bani.
Dia menjelaskan, pengembangan itu terbagi di dua lokasi: 600 hektare di Gedongtataan dan 400 hektare di Negerikaton.
Menurut dia, pengembangan kedelai lokal itu difasilitasi seluruhnya oleh Kementerian Pertanian. Mulai dari pengadaan benih hingga sarana produksi (saporadi).
"Untuk saprodinya semua akan di fasilitasi oleh Kementerian Pertanian. Saat ini masih proses pengadaan benih," jelasnya.
Dia berharap, penanaman benih kedelai lokal di lahan seluas seribu hektare itu rencananya dilakukan pada awal Maret mendatang. "Semoga akhir Februari atau awal Maret sudah bisa tanam," ujarnya.
Tak hanya Pesawaran, dia menyebutkan, pengembangan kedelai lokal itu juga akan dilakukan di kabupaten lainnya yang berpotensi.
"Setelah Kabupaten Pesawaran, kita akan masifkan di semua kabupaten untuk penanaman komoditas kedelai," sebutnya.
Sebelumnya, Lampung menjadi pilot project untuk pengembangan kedelai. Pengembangan itu bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Hal itu disampaikan Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman saat kunjungan ke Lampung, Rabu (20-12-2023).
"Lampung pilot project untuk pengembangan kedelai lokal," ujar Andi.
Menurut dia, hal itu merupakan inisiatif dari Gubernur Arinal Djunaidi yang ingin mengurangi ketergantungan impor.
Dia menjelaskan, Kementerian Pertanian RI akan membantu dalam pengembangan kedelai untuk seribu hektare lahan.
"Kami siapkan benih, bibit, alat, mesin, pupuk dan seterusnya. Tinggal pengawasannya saja," jelasnya.
Dia menyebutkan, jika pengembangan itu berhasil, maka akan diterapkan di daerah-daerah lainnya.
"Kita akan buka 1000 hektare. Kalau ini berhasil, ini menjadi percontohan dan akan kami kembangkan ke seluruh Indonesia," sebutnya.
Sementara, Gubernur Arinal Djunaidi menjelaskan, lahan untuk pengembangan kedelai itu tersebar di seluruh kabupaten/kota.
"Totalnya seribu hektare hektare. Tapi itu tersebar di semua daerah yang merupakan wilayah penyuluhan," jelasnya.
Arinal menjelaskan, pengembangan itu diharapkan bisa mengurangi impor kedelai.
"Ini upaya mengurangi impor, karena dari Lampung sampai Aceh semua makam tempe," tuturnya.
Terlebih, Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) melakukan percobaan penanaman delapan bibit varietas kedelai lokal.
Delapan jenis itu: yaitu Detap 1, Dena 1, Denasa 1, Deja 2, Devon 1, Dega 1, Demas 1, dan Grobokan.
Arinal mengatakan, lebih tertarik untuk menggunakan bibit dengan varietas grobokan untuk diitanam oleh para petani.
Gubernur menilai, varietas tersebut kualitas paling baik jika dibandingkan dengan varietas lainnya.
"Varietas yang paling mirip dengan kedelai impor adalah Grobogan. Dia bijinya besar dan putih. Sepertinya kita akan gunakan itu," sebutnya. (**)
Editor: Agung Darma Wijaya
E-Mail: harianmomentum@gmail.com