MOMENTUM, Bandarlampung--Berabad-abad silam, gugusan kepulauan nusantara sudah menjadi magnet berbagai bangsa dari penjuru dunia. Mereka berlomba mencapai nusantara untuk mendapatkan beragam komoditas rempah.
Bagi penduduk nusatara, rempah-rempah bukan sekedar produk hutan atau hasil budidaya yang bernilai ekonomi tinggi. Rempah-rempah menjadi bagian dari khazanah budaya beragam etnis di gugusan kepulauan nusantara yang membentang di antara dua samudera—Pasifik dan Samudera Indonesia.
Tak bisa dipungkuri, kemajuan zaman telah mengikis sejarah kejayaan jalur rempah nusantara. Kondisi tersebut tentu memerlukan upaya serius untuk mengembalikan eksistensi kejayaan jalur rempah nusantara. Sekaligus menguatkan jati diri bangsa.
Tanggal 11 Juli 2024, KRI (Kapal Republik Indonesia) Dewa Ruci, sandar di Dermaga Pelabuhan Panjang, Kota Bandarlampung. Lawatan Kapal Latih Taruna TNI Angkatan Laut itu ke Lampung, memang bukan yang pertama.
Sebelumnya, sudah beberapa kali kapal layar tiang tinggi itu singgah di Sai Bumi Rua Jurai—slogan Provinsi Lampung.
Jika pada lawatan sebelumnya, kapal layar jenis pinisi (kapal khas pelaut Bugis, Sulawesi Selatan) sepanjang 58,3 meter dan lebar 9,5 meter itu selalu mengusung misi latihan pelayaran para Taruna TNI Angkatan Laut.
Kali ini, lawatan kapal yang pertama kali dilayarkan tahun 1953 itu, mengusung misi Muhibah Budaya Jalur Rempah.
Misi tersebut merupakan platform Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi(Kemendikbudristek) untuk membangkitkan kembali Kejayaan Jalur Rempah Nusantara. Sekaligus, memperkuat diplomasi budaya dengan memaksimalkan pemanfaatan fungsi KRI Dewa Ruci sebagai cagar budaya bergerak.
"Kepulauan Nusantara (Indonesia) sejak dulu, sumber utama penghasil rempah-rempah dunia. Itu menjadi catatan sejarah kekayaan Indonesia," kata Pamong Budaya Ahli Utama Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Siswanto, usai seremoni penyambutan Muhibah Budaya Jalur Rempah, di Dermaga Pelabuhan Panjang.
Dia menerangkan, Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan program kerjasama Kementerian Kemendikbudristek dan TNI Angkatan Laut dengan memaksimalkan pemanfaatan KRI Dewa Ruci sebagai cagar budaya bergerak. "Muhibah Budaya Jalur Rempah adalah upaya memperkuat literasi generasi penerus bangsa tentang sejarah kejayaan jalur rempah, sebagai bagian dari khazanah budaya bangsa," terangnya.
Laskar Rempah, sengaja dibentuk Kemedikbudristek, sebagai pioner penguatan literasi kejayaan jalur rempah tersebut. "Selumnya kita sudah merekrut puluhan anggota Laskar Rempah dari seluruh Indonesia. Mereka inilah yang menjadi duta budaya penguatan literasi kejayaan jalur rempah nusantara," jelasnya.
Laskar Rempah ikut serta dalam pelayaran KRI Dewa Ruci mengarungi tujuh titik lokasi kejayaan jalur rempah nusantara. "Laskar Rempah kita bagi menjadi tiga batch atau kelompok pelayaran KRI Dewa Ruci, ke tujuh titik lokasi jalur rempah nusantara," terangnya.
Pelayaran KRI Dewa Ruci bersama Laskar Rempah mengarungi tujuh lokasi jalur rempah dimulai dari Jakarta pada 7 Juni 2024. Dari Jakarta, KRI Dewa Ruci menuju: Belitung, Dumai, Sabang dan Malaka. Kemudian, lanjut ke Tanjunguban, Lampung dan kembali berakhir di Jakarta pada 17 Juli 2024."Selama pelayaran anggota Laskar Rempah melakukan diskusi dan kajian terkait jejak kejayaan jalur rempah. Untuk selanjutnya disosialisaikan pada masyarakat di lokasi Muhibah Budaya Jalur Rempah," paparnya.
Misi platform Kemndikbudristek tersebut, diharapkan mampu menjadi motivasi membangkitkan kembali kejayaan rempah sebagai jati diri khazanah budaya bangsa. (**)
Editor: Munizar
E-Mail: harianmomentum@gmail.com