MOMENTUM--Suara gemuruh menggelegar di malam itu.
Tetesan hujan di atas genteng yang terbuat dari seng pun terdengar nyaring di kuping.
Bagi sebagian orang, dinginnya cuaca malam itu justru menjadi pengiring menuju “pulau kapuk”.
Tapi tidak bagi warga Kecamatan Panjang, Kota Bandarlampung.
Mereka justru bersiaga. Hujan yang tak henti-henti membuat cemas.
Saluran drainase yang tak mampu menahan debit air perlahan mulai masuk ke rumah-rumah.
Dini hari yang harusnya menjadi waktu untuk mengistirahatkan tubuh justru berubah menjadi tragedi.
Tiga nyawa pun melayang malam itu, akibat terseret arus banjir bandang yang datang tiba-tiba.
Menurut warga, ini bukan banjir pertama. Namun siapa sangka banjir itu menjadi tragedi terparah.
Bencana tersebut menambah rentetan banjir yang terjadi di Kota Bandarlampung selama tahun 2025. Tepatnya pada 17 Januari, 21 Februari, 27 Februari dan 21 April.
Total ada delapan korban nyawa melayang dari rentetan peristiwa tersebut. Enam akibat banjir dan dua akibat longsor.
Pertanyaannya, mau sampai kapan ini berlanjut? Mau menunggu berapa banyak lagi warga yang jadi korban?
Sudah delapan nyawa melayang dalam waktu kurang dari empat bulan. Lalu apalagi yang ditunggu pemerintah?
Walikota harusnya mulai sadar. Banjir di Bandarlampung ini bukan hanya sekedar bencana alam. Tetapi kurang maksimalnya penanganan.
Penanggulangan banjir harus menjadi prioritas. Saluran-saluran drainase yang mampet harus dibenahi. Sumur resapan juga harus dibangun.
Jangan sampai setiap bulan banjir selalu terjadi. Apakah bunda tidak malu jadi cemoohan terus menerus? Sudahi dululah rencana yang mau bikin kereta gantung dan bagi-bagi umroh.
Banjir ini perlu keseriusan pemerintah untuk menanganinya. Jangan hanya koar-koar sudah bekerja maksimal. Jangan juga menyalahkan daerah lain.
Warga sudah lelah harus dihantui bencana banjir setiap hujan mengguyur.
Jadi bunda, ditunggu aksinya. Ditunggu usahanya yang katanya sudah maksimal itu. Jangan sampai ada korban lagi karena banjir. Sudah cukup delapan nyawa melayang. (*)
Editor: Agung Darma Wijaya
E-Mail: harianmomentum@gmail.com