Harianmomentum--Sidang
Paripurna DPD RI kembali ricuh, sidang dengan agenda mendengar laporan
pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), sekaligus penyerahan laporan
oleh Ketua BPK Harry Azhar Azis.
Sidang Paripurna X DPD itu, merupakan sidang perdana yang dipimpin Oesman Sapta
Odang (OSO) sebagai ketua DPD yang baru setelah dilantik beberapa waktu lalu.
Kericuhan diawali dengan hujan interupsi yang dilayangkan senator asal Riau
Intsiawati Ayus dan senator asal Jambi Juniwati yang mempersoalkan tentang
dualisme kepemimpinan di DPD RI. Dualisme kepemimpinan itu menurutnya telah
membingungkan publik tulis RMOL.co, Selasa.
Tidak terima, senator asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Adrianus Garu pun
menanggapinya. Dia mengaku tidak sepakat dengan anggapan bahwa terdapat
dualisme kepemimpinan di tubuh DPD.
"Ini pimpinan yang baru sudah clear, sah menurut hukum dan undang-undang.
Kenapa saudara-saudara saat paripurna kemarin walk out. Kenapa baru
dipersoalkan sekarang," ujarnya.
Keadaan semakin runyam karena semua senator saling bersahut-sahutan meminta
kepada pimpinan sidang untuk diberi kesempatan berbicara. Sidang pun sempat
diskors selama 15 menit dengan diisi sahut-sahutan para senator.
Mencoba menenangkan suasana, OSO pun angkat bicara. Dia meminta senator yang
ingin menyampaikan pendapat untuk mendaftarkan dirinya terlebih dahulu
setelahnya diberi kesempatan untuk berbicara. Namun, alih-alih sepakat,
Intsiawati Cs pun masih saja berebut agar diberikan kesempatan berbicara.
Setelah diskors, OSO pun kembali membuka sidang dan menyerukan agar seluruh
senator yang hadir untuk bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, tak berselang lama, sidang kembali hujan
interupsi. Ada yang mengatakan bahwa pimpinan DPD yang duduk di depan tidak sah
secara hukum, namun ada juga yang bilang sah. OSO pun membuka sidang dengan
tetap dihujani interupsi.
Salah satu anggota DPD pun mempersoalkan tentang Intsiawati dan Juniwati Cs
yang tidak mengisi daftar hadir tapi mau mengikuti sidang.
Mendengar itu, Intsiawati dan Juniwati Cs pun menanyakan apa dasar keputusan
tersebut.
"Tatib nomor berapa," katanya.
OSO pun mempersilahkan Wakil Ketua DPD Darmayanti Lubis untuk membacakan tata
tertib yang diminta.
Riuh suara interupsi pun berhenti setelah semua mikrofon di meja anggota dan
pimpinan mati secara mendadak. OSO kemudian berbicara dengan menggunakan
mikrofon cadangan.
Namun Intsiawati dan Juniwati masih saja menyampaikan aspirasinya. Merasa
suaranya tak didengar karena mikrofon mati, mereka berdua pun maju ke meja
pimpinan.
OSO kemudian mempersilahkan Wakil Ketua DPD Nono Sampono untuk membacakan
agenda sidang. Namun Intsiawati dan Juniwati enggan beranjak dengan tetap
berdiri di depan meja pimpinan.
Merasa aspirasinya tidak didengar, mereka pun kembali ke meja masing-masing?
dan kemudian kembali ke depan dengan membawa karton dengan tulisan-tulisan
bernada protes.
"Kami hanya mau kasih laporan masa reses ke pimpinan yang sah," katanya.
Setelah itu, belasan senator yang tidak setuju dengan kepemimpinan OSO pun
meninggalkan ruang sidang untuk menuju ruang delegasi. Di sana sudah ada
Senator GKR Hemas yang sebelumnya menjabat wakil ketua. Mereka pun menyerahkan
laporan masa reses ke Ratu Yogyakarta tersebut. (red)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com