Harianmomentum--Tindak kekerasan yang dialami penyidik senior di
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan bukan kali pertama yang
diterima komisi anti rasuah.
Artinya, aksi kekerasan tersebut merupakan serangan
terhadap sikap anti korupsi dan gerakan anti korupsi yang tengah digalakkan di
negeri ini.
Demikian disampaikan Ketua Jaringan Desa Mandiri
Tanpa Korupsi (DMTK), Bahruddin melalui siaran pers yang diterima redaksi,
Selasa (12/4).
Lebih lanjut, jaringan para pegiat sosial dan
anti korupsi ini menyampaikan sikapnya. Pertama, mengutuk keras siapapun
operator dan otak pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan.
Kedua, menuntut Kapolri Jenderal Tito Karnavian
agar mengusut kasus ini dan segera menangkap, menghukum berat pelaku dan
mengungkap jaringan di belakangnya.
"Dengan pengalaman Pak Tito di bidang
anti-terorisme, kami yakin Polri dapat segera mengungkap kasus ini dengan cepat
dan terbuka", kata DMTK, dikutip RMOL.CO.
Ketiga, meminta Presiden Joko Widodo untuk
mengusut setuntas-tuntasnya dan menindak sesuai hukum yang berlaku, terhadap
semua pihak yang terlibat dalam upaya mengkriminalisasi dan melemahkan KPK.
"Presiden harus tegas melindungi dan
memperkuat KPK sebagai lembaga penegak hukum pemberantasan korupsi yang masih
dipercaya masyarakat. Ini sangat penting mengingat korupsi adalah kejahatan
kemanusiaan yang sangat keji dan menyengsarakan seluruh rakyat Indonesia",
tegas DMTK.
Keempat, DMTK mengingatkan bahwa negara wajib
melindungi dengan menyediakan pengamanan ekstra kepada seluruh penyidik KPK
agar bisa bekerja maksimal memberantas korupsi.
Kelima, perlu dukungan kuat dari negara bagi
upaya-upaya membangun kesadaran kritis warga atas kesewenang-wenangan dan penyimpangan
kekuasaan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi oleh
masyarakat.
Keenam, DMTK mengajak kepada segenap elemen
masyarakat untuk menjadikan keprihatinan ini sebagai momentum untuk
merapatkan barisan dan sungguh-sungguh bekerja sama dalam mencegah dan
memberantas korupsi yang menjadi akar ketimpangan dan kemiskinan di negeri ini.
"Perang melawan korupsi adalah jihad akbar,
bukan hanya tugas KPK, Polri dan Kejaksaan, tetapi seluruh rakyat juga harus
ikut bersama dalam perang ini", pungkas DMTK.
Beberapa pegiat yang tergabung dalam DMTK di
antaranya, Bahruddin (Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah Salatiga),
Hasan Aoni (Omah Dongeng Marwah), Farha Ciciek (Pendamping Buruh Migran), Dewi
Hutabarat (Sinergi Indonesia), Tommy apriando (Aliansi Jurnalis Independen
Yogyakarta), Harris Iskandar (Pengurus Pendidikan Nonformal), Budi
Widianarko (PMLP Unika Soegijapranata), Rm. Benyamin Daud,Pr (Yaspensel-Flores
Timur), Maria Loretha (Sorgum Flores), Dian Kartikasari (Koalisi Perempuan
Indonesia), Farid Wajidi (LKiS, Jogja), Chusnunia Chalim (Bupati Lampung Timur)
dan Luqman Hakim Al-Jambi (Pimpinan Pusat GP Ansor). (Red)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com