Harianmomentum--LAGI. Pernyataan terdakwa kasus mutilasi anggota DPDR
Bandarlampung M Pansor, Brigadir Medi Andika menyebut Umi Kalsum (istri M
Pansor) sebagai orang yang mendanai peristiwa tersebut.
Hal tersebut terungkap
dalam sidang pembacaan duplik terdakwa Brigadir Medi Andika, di Pengadilan
Negeri (PN) Tanjungkarang, Rabu (12/4).
Menurut Medi, Umi
Kalsum awalnya meminta untuk mencarikan orang yang bisa memberi pelajaran
kepada Pansor dan Yulinar Saring (pacar korban).
“Pada awal saya tidak
menggubris permintaan Umi Kalsum, karena saya tidak mau terlibat dalam urusan
rumah tangga orang,” ujar Medi.
Namun, ia melajutkan,
setiap bertemu dengan Medi, Umi selalu meminta bantuan yang sama dan mengatakan
bahwa malu dengan kelakuan Pansor yang sudah diketahui oleh warga sekitar dan
suka menghambur-hamburkan uang untuk Yulinar Saring.
Akhirnya Meidi bertemu
dengan Anton. Umi Kalsum lalu memberikan uang sebesar Rp10 juta, foto M Pansor
dan Yulinar serta alamatnya kepada meidi untuk diberikan kepada Anton. Lalu,
Meidi memberikan uang Rp7,5 juta kepada Anton sebagai uang muka.
Kamis (14/4) 2016
lalu, Meidi menghubungi Anton untuk menemui Pansor pada Jumat (15/4) sesuai
dengan apa yang telah diintruksikan oleh Umi, karena pada hari itu Pansor akan
bertemu atau jalan-jalan (kencan.red) dengan Yulinar.
Kendati gagal karena
tidak jadi kencan, namun Umi meminta untuk tetap dilanjutkan walau hanya Pansor
sendiri.
Meidi pun menghubungi
Pansor untuk bertemu di jalan Pangeran Emir M Noor depan Cosmo Durian Payung.
Di sana sudah ada Anton yang menunggu, setelah itu Medi bertemu dengan Pansor
dan meminta izin untuk ke Polresta Bandarlampung.
“Setelah saya pergi,
Anton menghampiri Pansor dan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya,” ucap
Medi.
Pada pukul 17.00 WIB,
Anton menghubungi Medi untuk bertemu di Sukarame pukul 18.00 WIB, Anton datang
dengan menggunakan mobil Pansor dan mengatakan bahwa telah terjadi “kecelakaan”
karena Pansor melakukan perlawanan, mayatnya ada dikardus di dalam mobil bagian
belakang, Medi panik dan kaget mendengarnya.
Anton meminta uang
sisa pemberian Umi kalsum Rp2,5 juta untuk melarikan diri dan menghilangkan
jejak. Medi berinisiatif untuk membuang mayat Pansor ke Martapura dengan
mengajak Tarmidi, Anton dan Medi berpisah pada pukul 19.00 WIB.
Pada pukul 09.00 WIB
tangal 16 April 2016 Umi kalsum menghubungi Medi untuk menanyakan hasil dari
melabrak M Pansor. Meidi menjawab telah terjadi kecelakaan karena M Pansor
melakukan perlawanan, Medi juga meminta maaf dan berjanji untuk mengatur
rencana agar Umi Kalsum tidak terlibat, karena jika dia diketahui terlibat Umi
akan dibuang oleh keluarga Pansor.
"M Pansor
mempunyai adik Bupati dan pasti Umi akan diusir dari rumah," ulasnya.
Anton kembali meminta
uang kepada Medi sebesar Rp50 juta untuk kabur dan berjanji jika tertangkap
tidak akan menyeret nyeret namanya (Medi.red), maka pada 18 April 2016 Medi dan
Tarmidi memberikan mobil Pansor kepada Anton dan temannya yang juga anggota
Komando Pasukan Khusus (KOPASUS) Cijantung untuk dijual seharga Rp45 juta dan
uangnya untuk melarikan diri.
"itulah pelaku
yang sebenarnya, Anton dan temannya," ungkap Medi.(adw/asn)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com