Menilik Hasil Hutan di Pesisir Barat

Tanggal 24 Mar 2018 - Laporan - 5282 Views
Petani repong damar saat mengambil getah hasil hutan di Pesisir Barat. Foto: Krui Motret

Harianmomentum.com--Sektor kehutanan di Kabupaten Pesisir Barat menjadi salah satu potensi yang menopang roda perekonomian masyarakat di daerah tersebut.

 

Kontribusinya yang mencapai 60 persen tidak bisa dianggap kecil, karena lebih separuh perekonomian masyarakat ditopang oleh sektor hasil hutan itu. Salah satu komoditas unggulan hasil hutan di Pesisir Barat ini adalah 'Damar Mata Kucing'.

 

Sebagai wilayah yang dikenal sebagai penghasil damar mata kucing terbaik, masyarakat Krui terus melakukan pengelolaan repong (kebun) damar yang sangat dibutuhkan demi kehidupan mereka. "Dasar kebutuhan akan hidup layak dan hidup baik itulah, masyarakat melakukan pengelolaan repong damar lebih pada mengedepankan kearifan lokal warisan adat, sehingga tetap menjaga kondisi lingkungannya tetap stabil," kata Cik To, Ketua Komunitas Krui Motret, Sabtu (24/3).

 


Rumah singgah perepong damar di Kabupaten Pesisir Barat. Foto: Krui Motret 


Menurut dia, upaya masyarakat menjaga lingkungan khususnya hasil hutan yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) itu cukup menarik. "Cara mereka melestarikan lingkungan sangatlah unik dan diharapkan dapat terus dijaga sehingga hutan akan selalu baik dan produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) bisa tetap dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat," kata pria yang akrab disapa Cik To itu.

 

Menilik keistimewaan itu, Komunitas Krui Motret bersama harianmomentum.com bergerak menuju salah satu pusat repong damar di Pekon (Desa) Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah.

 


Getah pohon Damar Mata Kucing. Foto: Krui Motret


Tak disangka, pepohonan damar mata kucing yang menjulang tinggi, rimbun dan bercampur dengan tanaman hutan lainnya seperti duku, duren, jengkol membuat kesan hijau serta teduh sangat mewarnai wilayah yang berjarak hanya lima kilometer dari garis pantai Samudrea Hindia tersebut.

 

"Repong Damar merupakan salah satu warisan leluhur sejak ratusan tahun yang lalu bahkan sejak jaman pemerintahan Belanda. Jadi sudah seharusnya kita semua melestarikan repong damar. Selain itu, perkebunan hutan ini mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang ingin melihat warisan leluhur. Bahkan panjat damar, pengolahan damar dari penyadapan hingga sampai siap jual menjadi salah satu daya tarik wisata yang potensial," ujar Cik To.

 

Ia melanjutkan, meskipun repong damar masih tetap terjaga oleh masyarakat, namun harga beli pasar untuk getah damar saat ini sedang turun. Hal ini cukup mencemaskan bagi petani damar.

 


Perepong sedang mengambil getah damar. Foto: Krui Motret 


"Sering kali komunitas krui motret datang ke Pahmungan untuk sekedar berfoto sembari berbincang dengan pemilik repong damar. Hanya satu keluhannya, harga yang tidak stabil. Padahal, kebutuhan ideal keluarga petani damar mencapai Rp25-30 ribu per kilogramnya, tapi sekarang di bawah Rp20 ribu," ujarnya.

 

Cik To menambahkan, jika kondisi ini tidak berubah ke depannya, repong damar akan sangat mencemaskan. "Bukan tidak mungkin ke depan masyarakat akan menebanh pohon damar dan menjualnya, termasuk mulai merambah TNBBS. Semoga pemerintah dapat mengambil tindakan cepat agar harga damar tetap stabil sesuai kebutuhan ideal keluarga petani damar," pungkasnya.(asn)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Pabrik Gula SGN, Sudah Siap Memulai Giling 20 ...

MOMENTUM, Surabaya--Stok gula konsumsi nasional dalam waktu dekat ...


Sheraton Lampung Hadirkan Konsep 'All Inclusi ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Sheraton Lampung Hotel merupakan satu-sa ...


50 Pembatik Lampung Mengikuti Sertifikasi Kom ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Sebanyak 50 orang pembatik mengikuti Ser ...


Dukung Transisi Energi, Pertagas Jalin Kerja ...

MOMENTUM, Jakarta -- PT Pertamina Gas (Pertagas) dan PT Pertamina ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com