Harianmomentum.com-Orang
Miskin Juga Ingin Sekolah. Itu judul surat yang dilayangkan Supadi (55), kepada
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), beberapa hari lalu.
Warga RK 5 RT 11 Tiyuh (desa) Penumanganbaru Kecamatan Tulangbawang Tengah,
Kabupaten Tulangbawang Barat, Provinsi Lampung itu mengirim surat
kepada Menduikbud. Penyebabnya, anak Supadi tidak diterima menjadi
siswa Sekolah Menengah Kejurana Negeri 1 Tulangbawang Tengah.
Menurut Supadi, anaknya didiskualifikasi dalam proses Penerimaan Siswa
Baru (PSB) SMKN Tulangbawang Tenggah, karena dia tak mampu memenuhi biaya
sumbangan masuk sekolah yang ditetapkan panitia PSB setempat.
Selain kepada mendikbud, Supandi juga mengatakan mengantarkan langsung
tembusan surat tersebut kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Lampung,
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tubaba, Komisi B DPRD setempat.
"Sekarang anak saya sudah sekolah di SMA Negeri 02 Tulangbawang Udik
di Tiyuh Margakencana. Ya karena saya tidak mampu memenuhi sumbangan yang
ditetapkan pihak SMK itu,"kata Supadi.
Menurut dia, tujuan surat yang dikirimnya ke mendikbud bukan agar anaknya
bisa diterima kembali bersekolah di SMK Negeri 01 Tulangbawang Tengah. Dia
berharap, kejadian tersebut tidak terulang lagi pada anak-anak orang miskin
lainnya.
"Supaya Pemerintah dapat memahami kami rakyat kecil yang sangat ingin
sekolah kejuruan. Karena, kalau sekolah kejuruan, lulus dari sekolah sudah
punya bekal kemampuan untuk bekerja. Semoga dengan jalan seperti ini pemerintah
bisa mendengarkan suara hati orang miskin seperti
saya," harapnya.
Tekait hal tersebut Kepala SMKN 1 Tulangbawang Tengah belum dapat
dikonfirmasi. Salah satu staf tata usaha di sekolah tersebut mengatakan, kepala
sekolah dan wakilnya belum masuk.
"Kalau kepala sekolah pak Titis dan wakil kelapa sekolah lainnya belum
ada yang masuk mas. Ini kan masih suasana libur sekolah. Paling nanti tanggal
16, baru masuk sekolah. Tunggu dia (kepala sekolah) aja kalau
mau klirifikasi," kata staf TU terebut. (frk)
Berikut isi surat
Supadi kepada Mendikbud:
Tanggal 2018 Angel Puspita masuk sekolah di SMK 1 Tulangbawang Tengah dengan
nomor pendaftaran 521, kemudian tanggal 7 Juni 2018 anak tersebut dengan
diantarkan oleh orang tuanya kesekolahan mengikuti tes tertulis yang diadakan
oleh panitia dengan jumlah 10 soal dalam waktu mengerjakan 10 menit.
Sementara, orang tua calon siswa di-interview panitia pendaftaran. dalam
interview tersebut keluarlah kalimat SUMBANGAN dengan ketentuan diatas satu
juta, satu juta rupiah, dibawah satu juta. Dengan keterangan uang tersebut akan
digunakan untuk perbaikan MCK dan membuat pagar tanpa menunjukan RAB
pembangunan.
Karena ketidakmampuan kami untuk menyumbang dengan nominal besar, sedangkan
anak saya (Angel Puspita) sangat ingin masuk sekolah di sekolah yang d
impi-impikannya yaitu SMK 1 Tulangbawang Tengah jurusan Teknik Komputer
Jaringan (TKJ), maka saya memilih menyumbang di bawah satu juta (Rp100.000).
Kemudian panitia memberi penjelasan kepada saya, besarnya sumbangan pilihan
saya tersebut (di bawah satu juta) harus TUJUH RATUS RIBU RUPIAH.
Sering terdengar di media Televisi, bahwa pemerintah ingin mencetak
generasi-generasi yang siap bekerja dan terampil dibidangnya, dengan membuka
sekolah- sekolah kejuruan di setiap kabupaten, akan tetapi bagaimana mungkin
hal tersebut dapat tercapai kalau untuk masuk sekolah kejuruan sudah begitu
mahal, karena selain uang sumbangan yang sudah menjadi wajib siswa juga masih
harus menebus satu stel seragam olahraga, satu stel bahan seragam kejuruan dan
bahan seragam batik sebesar Rp490.000,-
Pupus sudah nasib si miskin untuk dapat merubah nasibnya melalui sekolah jangka
pendek (Sekolah kejuruan) demikian.
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com