Ramahnya Negeriku

Tanggal 18 Mar 2020 - Laporan - 869 Views
Agung DW, Wartawan Harian Momentum

MOMENTUM-- Sejak dulu Indonesia memang dikenal sebagai negara paling ramah. Pengaruh budaya Timur yang diwariskan nenek moyang hingga kini terus melekat.

Sopan- santun nan berbudaya tidak hanya ditunjukkan kepada sesama warga. Juga berlaku kepada wisatawan asing.

Saking ramahnya, pemerintah tetap menerima wisatawan asing berkunjung ke Indonesia meski corona virus disease 2019 (covid-19) telah menyebar.

Bahkan, disaat negara lain telah menerapkan lockdown untuk mengantisipasi masuknya corona, Indonesia justru memberi promo menarik terhadap wisatawan asing berupa diskon.  

Datang lah kesini, berkunjunglah ke Indonesia. Kami terbuka untuk asing. Siapapun boleh masuk. Kami negeri yang damai. Kami negeri yang kebal corona.

Seolah- olah sikap itulah yang ditunjukkan pemerintah terhadap wisatawan asing saat ini. Parahnya, disaat seratusan orang di negeri ini sudah positif terjangkit Corona dari China, pemerintah terus saja membuka akses bagi turis asing.

Data terbaru, sebanyak 49 Warga Negara Asing (WNA) asal China juga bebas masuk ke Indonesia. Pemberitaan yang beredar, 49 WNA itu merupakan Tenaga Kerja Asing (TKA).

Memang sih, mereka semua dilengkapi dengan visa dan medical certificate yang merupakan persyaratan masuk orang asing.

Tetapi itu membuat Indonesia terkesan acuh dan tidak peduli terhadap nasib rakyatnya. Kesannya, pemerintah lebih mengutamakan ekonomi ketimbang keselamatan rakyat.

Kalau saja Indonesia sejak awal melakukan lockdown, mungkin tidak akan ada yang tertular. Mungkin seorang menteri perhubungan tidak akan pernah terjangkit. Mungkin tidak akan ada sekolah yang diliburkan. 

Mungkin kita semua tidak perlu menghindari tempat keramaian. Mungkin tidak akan banyak kegiatan dengan melibatkan banyak orang tertunda disana- sini. 

Dari semua rangkaian peristiwa yang terjadi, mungkinkah pemerintah akan tetap ramah dengan turis asing? Mungkinkah kita akan terus bersama seperti lagunya Stinky?

Semoga penyakit mematikan itu segera pergi. Segera hilang dari negeriku yang ramah ini. Tabikpun. (*)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu ...

MOMENTUM-- Sejak awal Maret lalu, saya sebenarnya sudah mendapat ...


Pesan Khatib di Mimbar Jumat ...

MOMENTUM-- Pemilihan presiden (Pilpres) menjadi magnet tersendiri ...


Siklus Kehidupan ...

MOMENTUM-- Dulu, ketika beranjak remaja, saya selalu mendapat tug ...


Unila kembali Bergejolak ...

MOMENTUM-- Universitas Lampung (Unila) kembali jadi sorotan publi ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com