Hidup tak sebangsat itu kawan!

Tanggal 12 Jan 2021 - Laporan - 3085 Views
Andi Panjaitan, Pemred Harian Momentum.

MOMENTUM-- Harta, tahta dan wanita. Tiga hal itu merupakan godaan terberat bagi manusia. Banyak yang terjerembab karenanya.

Tapi, ada pula martabatnya berubah drastis ketika duduk dalam singgasana kekuasaan. 

Orang yang dulu acuh, seketika menjadi peduli. Tadinya berontak, kini berubah menjadi hormat.

Mungkin itulah sedikit gambaran yang terjadi pada sosok Wakil Walikota Bandarlampung, M Yusuf Kohar. Kemenangan gugatannya di Bawaslu Lampung membuat dia kini berada di atas angin. 

Meski belum tentu menjadi walikota terpilih, tetapi respon aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di lingkungan Pemkot Bandarlampung kini berubah drastis. Seratus delapan puluh derajat.

Hal itu bisa terlihat saat dia inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD), kemarin. Ketika berada di gedung satu atap, sejumlah ASN begitu antusias menyambutnya.

Bahkan ada yang langsung menghampiri saat Yusuf Kohar memasuki ruangan. Walau hanya sekedar menebar senyum manis, karena tidak bisa berjabat tangan—status pandemi.

Pemandangan tak lazim itu seakan menjadi fenomena indah yang sudah lama tidak terlihat. Harmonisasi hubungan antara atasan dan bawahan tidak pernah terjadi selama ini.

Sebab, selama hampir lima tahun menjabat sebagai wakil walikota, M Yusuf Kohar selalu diabaikan bawahannya. Bahkan beberapa kali sempat bertengkar, adu mulut, hingga hampir adu jotos dengan ASN.

Tak hanya itu, ketika dia datang ke press room (ruangan para wartawan) di lingkungan pemkot, para kuli tinta kerap kali mengacuhkannya.

Hanya segelintir yang bersedia meladeni untuk sekedar berbincang. Tapi itu dulu. Disaat dia menjadi pemain cadangan yang tidak pernah diturunkan ke gelanggang.

Pasca-keluarnya rekomendasi Bawaslu Lampung dan keputusan KPU Bandarlampung beberapa hari lalu membuat keadaan berbalik drastis.

Padahal, perjalanan masih panjang. Kubu sebelah masih berupaya menggugat ke Mahkamah Agung (MA). Bisa saja gugatan diterima, dan langkah Yusuf Kohar terhenti sampai di sini. Tidak satu pun yang tau ending dari cerita ini.

Yang jelas, pemilihan walikota (Pilwakot) Bandarlampung mengajarkan kita banyak hal dalam kehidupan. Mana yang benar- benar tulus dan mana yang berakal bulus.

Mari kita bersama- sama belajar menghormati orang lain. Apa pun kedudukan, pangkat dan jabatannya. Karena roda pasti berputar. 

Tak ada yang kekal. Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Datang ketika butuh, menjauh disaat senang. Hidup tak sebangsat itu kawan! (*)

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Menang Jadi Arang Kalah Jadi Abu ...

MOMENTUM-- Sejak awal Maret lalu, saya sebenarnya sudah mendapat ...


Pesan Khatib di Mimbar Jumat ...

MOMENTUM-- Pemilihan presiden (Pilpres) menjadi magnet tersendiri ...


Siklus Kehidupan ...

MOMENTUM-- Dulu, ketika beranjak remaja, saya selalu mendapat tug ...


Unila kembali Bergejolak ...

MOMENTUM-- Universitas Lampung (Unila) kembali jadi sorotan publi ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com