MOMENTUM, Bandarlampung--Dalam kasus kejahatan asusila, ada beberapa dampak negatif yang disebabkan pemberitaan yang tidak ramah perempuan dan anak.
Hal itu disampaikan Hermansyah Saleh, Kabid Data Informasi Gender dan Anak Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi Lampung, pada sosialisasi partisipasi media dalam pemberitaan yang responsif gender dan ramah anak, di Horison Hotel, Kamis (22-8-2019).
"Ada dampak yang paling dominan akibat pemberitaan yang tidak ramah tersebut, yakni korban semakin menderita, kemudian berpotensi dapat menciptakan kekerasan terulang kembali," kata Herman.
Menurut dia, pemberitaan yang tidak ramah seperti mengungkap sensualitas harus bisa dihindari sehingga mengurangi dampak penderitaan terhadap korban khususnya perempuan dan anak.
Baca Juga: Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak di Lampung Tinggi
"Pemerintah melalui Dinas PPPA telah menyediakan dua unit layanan guna memaksimalkan pencegahan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak di wilayah setempat," katanya.
Seperti disampaikan pemateri yang juga redaktur di LKBN Antara Biro Lampung, Budisantoso Budiman, masih banyak media yang kurang memperhatikan tata cara penulisan terkait pemberitaan kekerasan dan asusila.
"Pemberitaan terkait kejahatan asusila khususnya kasus pencabulan mempunyai pembaca paling tinggi dibanding dengan berita lainnya," kata dia.
Bahkan, kecenderungannya berita yang menggambarkan sensualitas, paha dan dada menjadi populer. Untuk itulah, dia mengatakan, sebagai pekerja media harus memperhatikan elemen jurnalisme.
"Tidak semua fakta terkait kekerasan terhadap anak dan perempuan lantas dapat begitu saja diangkat menjadi berita 'apa adanya'," kata dia.
Sementara, Perwakilan Forum Puspa Lampung, Lely mengharapkan, media bisa lebih bijak setiap penerbitan berita kasus kekerasan maupun asusila. "Pemberitaan meski menyamarkan nama, namun terkadang masih ada yang menampilkan alamat lengkap sehingga memberikan dampak bagi korban maupun keluarganya," kata dia.
Karena, pemberitaan tersebut sangat mempengaruhi 'traumatic healing' atau penyembuhan trauma yang dialami korban.
Senada, Wirdayati juga mengharapkan media atau jurnalis dapat menyajikan pemberitaan yang ramah anak. "Saya harap media ikut berperan dalam menyosialisasikan pemberitaan yang responsif gender dan ramah anak," katanya.(awn)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com