Optimisme Membangun Asrama Mahasiswa Nusantara

Tanggal 22 Sep 2019 - Laporan - 786 Views
Ilustrasi. Pembangunan asrama mahasiswa./ist

MOMENTUM, Bandarlampung--Jokowi telah menerima perwakilan tokoh Papua dan Papua barat di Istana Negara. Dalam pertemuan tersebut terdapat beberapa permintaan dari perwakilan yang datang tersebut, salah satunya adalah pembagunan asrama nusantara di seluruh provinsi dan menjamin keamanan Mahasiswa Papua.

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto meminta Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo agar merekomendasikan para kepala daaerah agar bekerja sama dalam membangun asrama Mahasiswa Nusantara di Setiap Wilayah.

Hal tersebut menyikapi konflik di Papua dan Papua Barat belum lama ini akibat kasus rasisme yang dialami Mahasiswa asal bumi Cenderawasih di Malang dan Surabaya, Jawa Timur. Dengan adanya asrama nusantara itu dapat mempererat persaudaraan bangsa Indonesia.

Wiranto merekomendasikan kepada Mendagri untuk merekomendasikan kepada Gubernur agar nantinya kepala daerah tersebut patungan untuk membangun asrama nusantara.

Dia mencontohkan Gubernur Kalimantan Barat, Papua dan wilayah lain urunan membangun satu asrama. Dengan adanya asrama yang menampung mahasiswa dari seluruh penjuru negeri, menurutnya tidak akan ada pihak yang merasa dibedakan. Sehingga tidak ada yang merasa paling ekslusif.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyatakan keseriusannya untuk membangun asrama nusantara di Surabaya. Biaya yang disiapkan mencapai Rp 37 miliar.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan anggaran Rp 37 miliar itu sudah termaktub dalam kebijakan umum anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS).

Rencana itu sendiri muncul usai terjadi pengepungan di Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya pada pertengahan Agustus lalu.

Khofifah mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan lahan seluas 1.5 hektare di kawasan Siwalankerto, Surabaya. Tepatnya, terletak di belakang Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD).

Adapun alasan rencana pembangunan asrama Mahasiswa Nusantara tersebut, yakni untuk memperkuat kebhinekaan. Penghuni asrama ini nantinya adalah para mahasiswa dari pelbagai daerah yang berbaur dan tinggal bersama. 

Khofifah menilai, rasa kebhinekaan masyarakat Indonesia masih sebatas lapis luar, belum substantif. Oleh sebab itu, dirinya berpikr bagaimana jika mahasiswa disiapkan asrama mahasiswa nusantara.

Ketua Umum PP Muslimat Nahdlatul Ulama ini menyebutkan, rencana pembangunan asrama Mahasiswa Nusantara tersebut juga sudah dibahas dengan wakil Gubernur Emil Elistianto Dardak.

Saat ini, Pemprov Jawa Timur tengah mematangkan berapa plot atau kuota masing – masing mahasiswa dari berbagai daerah yang bisa tinggal di asrama.

Hal tersebut menurut Khofidah akan memanggil memori kita semua akan bagaimana sebenarnya Jong Java, Jong Celebes, Jong Borneo, dimana itu semua kemudian mengikrarkan diri untuk terikat dengan komitmen bahwa Indonesia adalah tumpah darah kita.

Menurutnya pembangunan asrama tersebut akan dikerjakan dalam tiga tahap. Namun, Khofifah belum merincikan secara detail pembangunan asrama tersebut. Meski demikian dirinya mentarget pembangunan asrama tiga lantai, dengan kapasitas untuk 500 orang.

Staf Khusus Presiden Sekaligus Ketua Masyarakat Adat Tanah Papua, Lenis Kogoya, sebelumnya menyatakan mendukung terobosan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara. Lenis juga mengatakan bahwa nantinya akan memiliki kekhususan bagi mahasiswa dari daerah tertinggal seperti Papua.

Menurutnya, jika nanti jadi dibangun, maka asrama nusantara harus memiliki kriteria khusus yang disiapkan dan programnya haruus melengkapi kebutuhan di dalamnya.

Nantinya di asrama itu juga akan dilengkapi dengan beasiswa. Anak – anak di situ juga akan mendapatkan teknik – teknik khusus  seperti pelatihan dan lainnya. Harapannya nanti ada semacam kartu non – tunai. Sehingga bisa ambil beras, gula dan lain - lain, tutur Lenis.

Lenis juga meminta agar mahasiswa dan pelajar asal Papua tidak perlu takut belajar atau menempuh pendidikan di Jawa Timur.

Menurutnya, masalah antara mahasiswa Papua dan kelompok ormas di Surabaya serta Malang beberapa hari lalu ditutup saja dan tidak perlu diperpanjang.

Lenis juga menegaskan, bahwa saat insiden rasial tersebut terjadi di Surabaya, polisi memang mengamankan semua Mahasiswa yang ada di asrama ke Mapolrestabes, namun malam itu juga langsung dilepaskan.

Pembangunan asrama Nusantara tentu sangatlah diperlukan, hal tersebut akan berguna bagi para Mahasiswa untuk saling mengenal satu sama lain, serta menjunjung tinggi semboyan Bhineka Tunggal Ika.(**)

Oleh :  Sabby Kosay. Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Kartel Politik Pilkada: Potret Ironi Demokras ...

MOMENTUM -- Munculnya calon tunggal pada perhelatan Pilkada 2024 ...


Sabahbalau Tanjungbintang Berbeda Dengan Kota ...

MOMENTUM -- Membaca berita yang berseliweran akhir-akhir ini, ter ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

Syarat Calon dan PencalonanJika kita mengikuti pemberitaan di med ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Suasana ballroom hotel berbintang di kaw ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com