MOMENTUM, Bandarlampung--Mahasiswa harus lebih bijak dalam melakukan demonstrasi karena momentum pergerakan mahasiswa sering kali dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai alat dalam melancarkan agenda politik tertentu. Aksi mahasiswa yang seharusnya menimbulkan dampak positif bagi rakyat Indonesia dikhawatirkan akan kehilangan orientasi dan tujuannya apabila kepentingan politik ikut campur didalamnya.
Media Masa dan Online kini dipenuhi dengan pemberitaan terkait dengan aksi yang dilakukan mahasiswa selama 10 hari kebelakang, Demonstrasi dilakukan oleh ribuan masa yang datang ke Senayan terdiri dari kelompok mahasiswa, pelajar, buruh, dan LSM. Aksi tersebut dilaksanakan serentak di berbagai daerah 23 September 2019 lalu. Kelompok-kelompok ini masih konsisten menuntut penolakan pengesahan hasil revisi KPK dan KUHP.
Aksi tersebut merupakan upaya untuk mendesak DPR dengan berbagai orasi, dan penyampaian pendapat. Aksi tersebut mengeluarkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit mulai dari persiapan logistik, transportasi hingga obat-obatan dengan tujuan untuk menyuarakan keadilan masyarakat Indonesia. namun fenomena demonstrasi seringkali berakhir dengan kekacauan dan bentrokan
Aksi anarkis yang terjadi dalam proses demonstrasi tersebut “ditunggangi” oleh kepentingan politik tertentu yang sengaja menjatuhkan pemerintah. Menristekdikti Muhammad Nasir membenarkan bahwa sebagian aksi mahasiswa ditunggangi kepentingan politis bahwa ada yang menggerakan mahasiswa " Saya perhatikan betul, saya monitoring sejak sebelum persiapan pada saat ini. Karena saya ikut juga datang. Datang kepada mahasiswa, apa sih yang kamu demokan? Saya tanya. Enggak tahu, ikut ikutan, nah ini ada yang menggerakkan," katanya.
Pernyataan Menristekdikti bukanlah asal bicara hal ini ditunjukan dengan adanya temuan penangkapan salah satu dosen IPB oleh POLRI yang diindikasikan menjadi orang yang merencanakan kericuhan pada aksi mujahid 212 dengan memanfaatkan momentum gelombang pergerakan mahasiswa pada sabtu 28 September 2019 lalu. Hal tersebut disampaikan oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo “Saat ini masih berkembang proses pemeriksaannya. AB ini merekrut dua orang atas nama S dan OS. S ini berperan mencari orang yang memiliki kemampuan membuat bom” ungkapnya.
Menanggapi kasus aksi demonstrasi yang ditunggangi, pemerintah kini sudah melakukan upaya preventif dengan mendeteksi kelompok mana yang melakukan upaya pemanfaatan momentum aksi masa untuk kepentingan tertentu. Menurut Tjahjo Kumolo, para pihak yang mencoba membonceng aksi mahasiswa telah terdeteksi. Pihak yang dimaksud pun turut menyusup dalam aksi. “Saya kira sudah terdeteksi semua, termasuk yang ikut demo. Membaur bersama unjuk rasa mahasiswa. Siapa yang mahasiswa dan yang bukan mahasiswa bisa dideteksi. Misal lewat CCTV, rekaman video, dan lain-lain,” ungkap Tjahjo Kumolo.
Jangan karena adanya perbedaan pendapat yang justru dimanfaatkan oleh pihak yang bertanggungjawab menyebabkan timbulnya masalah baru, konflik berkepanjangan dan semakin merugikan masyarakat. Terlepas dari ada atau tidaknya aksi yang ditunggangi pihak lain.
Mahasiswa harus selalu waspada dalam mengawal kepentingan rakyat jangan sampai aksi yang seharusnya dapat membantu masyarakat dan mengubah tatanan sosial menjadi lebih baik justru menimbulkan konflik dan kekacauan. Mari kita masyarakat terpejar untuk terus meningkatkan literasi sebelum turun kejalan sebagai upaya yang bijak untuk dilakukan mengingat aksi sudah disampaikan dan pemerintah sudah merespon dengan positif pendapat mahasiswa. (**)
Oleh: Ardian Rusman. Penulis adalah Pengamat Sosial
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com