MOMENTUM, Bandarlampung--Tak banyak orang yang mengenal Hilla Hambala. Pria kelahiran 11 Agustus 1961 itu merupakan salah satu musisi Lampung yang terbilang sukses.
Mengawali karirnya sejak tahun 1978 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat, Hambala—sapaan akrabnya, telah menciptakan 150an lagu bergenre folk atau musik tradisional.
Salah satu karya emasnya yang cukup dikenal adalah lagu Lampung berjudul “Andahmu” (karenamu) yang diciptakan tahun 1991, dan Jejama Ngandan (bersama kita jaga) 2011.
Lagu Jejama Ngandan memiliki pesan moral untuk masyarakat Lampung. Khususnya generasi milenial agar semakin peduli dengan sejarah dan budaya, serta menjaganya agar tetap lestari.
Pria yang lahir di Desa Baturaja Kecamatan Waylima Pesawaran itu, mengaku mulai tertarik di dunia musik sejak umur 14 tahun.
Hambala mengatakan, dia mulai mengenal dunia musik dari ayahnya yang juga seorang musisi. Hambala pun mulai belajar gitar klasik Lampung secara otodidak.
"Saya tertarik karena melihat ayah bermain musik. Dari situ saya punya keinginan jadi seperti ayah. Saya pun belajar gitar secara otodidak," kata Hambala saat diwawancarai harianmomentum.com, Selasa (26-11-2019).
Hambala menjelaskan dari 150 lagu yang diciptakannya, 75 persennya mengisahkan tentang percintaan. Tetapi, ada juga yang menceritakan tentang penderitaan anak perantauan, serta pesan moral untuk melestarikan adat budaya Lampung.
Hingga saat ini Hambala pun masih aktif sebagai musisi dan sering tampil di Taman Budaya Bandarlampung dan berbagai kabupaten/kota lainnya.
Atas dasar itu pun Hambala menerima Anugerah Tjindarboemi 2019 dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung, sebagai Tokoh Peduli Seni Tradisional Lampung.
Hambala pun mengapresiasi PWI Lampung yang telah peduli dengan aktifitas kesenian Lampung dengan memberikan Anugerah Tjindarboemi.
"Ini sangat bagus untuk perkembangan seni dan budaya Lampung, juga sebagai motivasi dari jurnalis untuk generasi muda sekarang supaya terus berkarya," katanya dengan dialek khas Lampung.
Dia berharap, generasi milenial tidak lantas lupa dengan budaya asalnya, meskipun keseharian akrab dengan bertutur dan bergaya kebarat-baratan.
"Alhamdulillah masyarakat Lampung masih peduli dengan bahasa dan budaya asalnya. Buktinya setiap ada acara musik di kampung-kampung yang didahulukan lagu Lampung," jelasnya. (rft)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com