MOMENTUM, Bandarlampung--Ketua DPRD Bandarlampung Wiyadi berdiskusi dengan Keluarga Pencinta Alam dan Lingkungan Hidup (Watala) di sekretariat organisasi tersebut, Jalan Teuku Umar, Selasa (14-1) petang.
Dalam diskusi yang membahas prihal kesiagaan tanggap bencana tersebut, kadua pihak saling memberi aplaus atau pujian. Sebab, keduanya sama-sama punya kepedulian tinggi terhadap bencana alam yang marak menimpa, pasca musim penghujan tiba.
Wiyadi mengatakan, terkait kegiatan sosial, dia menginginkan interaksi antara dirinya sebagai wakil rakyat dengan elemen masyarakat terus terjalin.
Sebagai ketua dewan, dia mengetahui secara persis program pemerintah untuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlampung. Bahkan, dana tanggap darurat bencana boleh diambil sebelum dianggarkan.
”Jadi saya melihat semangat adik-adik pencinta alam ini luar biasa. Pemerintah daerah harus bisa melakukan komunikasi dengan komunitas. Karena komunitas ini bekerja tidak dipaksa dan tidak digaji. Maka ketika komunitas sudah ada, pemerintah daerah tinggal masuk. Jadi, kebersamaan harus berjalan,” kata ketua DPC PDI Perjuangan Bandarlampung itu.
Wiyadi pun mengapresiasi semangat para pencinta alam yang mandiri dan hampir tidak pernah meminta bantuan ke pemerintah. Semestinya, pemerintah harus melihat potensi seperti ini. Tidak hanya ketika terjadi bencana. Namun juga harus merangkul untuk program terkait lingkungan seperti sungai bersih dan aktifitas go green lainnya.
”Kalau semua ke pemerintah dan tidak ada campur tangan elemen, mau ganti wali kota sepuluh kali pun, tidak akan selesai masalah lingkungan hidup. Saya juga punya tanggung jawab terhadap semua lini kehidupan di kota. Karena saya mewakili rakyat di Bandaralmpung,” ucapnya.
Karena itulah, Wiyadi juga perlu mendapatkan masukan dari penggiat lingkungan hidup, salah satunya Watala. Dia berharap, bisa sinergi dengan masyarakat untuk mengawal program pembangunan berkaitan lingkungan hidup. Antara lain terkait Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang kini mulai berkurang karena pembangunan perumahan yang justru menyebabkan banjir.
”Jadi perlu masukan. Kalau kami sering turun ke masyarakat pun, banyak yang meleset dari pandangan kami. Saya senang bertemu komunitas karena komunitas itu bekerja ikhlas, dengan hati sendiri. Kerjanya tidak memikirkan dapat honor, malah sering nombok. Ke depan, komunitas bisa sinergi dengan pemerintah untuk membantu dalam anggarannya,” ucapnya.
Dalam diskusi santai tersebut, Ketua Watala Lampung Kurnia Mahatma mengatakan, saat ini timnya sedang berjibaku untuk membantu korban banjir di Sedayu, Tanggamus. Watala sudah mengirim personil ke lokasi untuk mendata korban jiwa dan desa yang terdampak banjir. Watala dan personilnya berjalan secara mandiri.
”Kehadiran Mas Wiyadi sebagai wakil rakyat, yang notabene orang tua kami (pemerintah daerah), menjadi stimulan semangat bagi kami,” ucap Kurnia.
Dalam penanggulangan bencana banjir, Watala sudah menyiapkan tim terdiri dari paramedis, serta puluhan personil dari Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala), Siswa Pencinta Alam (Sispala), dan Kelompok Pencinta Alam (KPA).
Sementara, penanggungjawab tanggap bencana 2020 Aliansi Pencinta Alam Watala Lampung, Woro Puspa Indriyani, menambahkan, timnya menggalang dana untuk korban banjir Sedayu, Tannggamus dan Lebak, Banten, sejak 6 Januari lalu. Dia menargetkan penggalangan dana minimal Rp20 juta untuk turun ke lokasi terdampak bencana.
”Kami fokus ke Lebak, Banten dan Tanggamus, Sedayu. Sambil menggalang dana, kami juga menyiapkan diri. Yakni dengan melatih para personil yang akan turun. Materinya antara lain simulasi dan mitigasi bencana, proses recovery warga dan terdampak bencana, termasuk trauma healing,” ucap mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) ini.(rls/acw)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com