MOMENTUM, Jakarta--Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sudin geram karena Indonesia dianggap tempat sampah dunia.
Hal tersebut terjadi lantaran penemuan 70 kontainer sampah di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (23-1-2020).
Fakta mengejutkan itu didapat jajaran Komisi IV DPR saat sidak di Pelabuhan Tanjung Priok. Dalam sidak tersebut ditemukan kontainer-kontainer berisi sampah yang diimpor dari luar negeri.
Ketua Komisi IV DPR Sudin yang hadir pada sidak tersebut dengan tegas mengungkapkan bahwa hal tersebut jelas melanggar aturan.
“Menurut aturan dari Dirjen Pengelolaan Sampah, ini sudah melanggar aturan,” kata Sudin saat sidak di Tanjung Priok.
Legislator asal daerah pemilihan Lampung ini juga mempertanyakan soal pengecekan yang dilakukan pihak terkait dari negara asal sampah impor tersebut.
“Yang mengecek dari negara asal siapa? Dimana pengecekannya? Anda mengecek langsung atau Anda meminta dari KSO Anda? Siapa yang punya kuasa di Sucofindo-nya? Bicara, jawab!” tegas Sudin saat sidak tersebut.
Sementara itu, video terkait penemuan kontainer berisi sampah impor tersebut juga diunggah Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi, di laman instagramnya, @dedimulyadi71.
Dalam video berdurasi 3 menit 54 detik itu, Sudin dan Dedi Mulyadi tampak geram saat meminta penjelasan dari pihak PT Sucofindo selaku surveyor impor sampah tersebut. Saking geramnya, keduanya bahkan terlihat sempat mengebrak meja.
“Saya bersama para anggota Komisi IV DPR RI melakukan kegiatan inspeksi di kawasan berikat Pelabuhan Tanjung Priok. Ini kami lakukan atas informasi tentang keberadaan sampah impor dalam kontainer,” tulis Dedi pada keterangan video yang diunggahnya tersebut.
“Seluruh kontainer ini merupakan milik PT New Harvestindo Internasional dan PT Advanve Recycle Teknologi,” lanjut Dedi.
Dedi mengungkapkan bahwa dalam inspeksi tersebut terdapat 70 kontainer sampah. Jumlah tersebut bahkan akan bertambah lagi sebanyak 1.015 kontainer.
“Setelah kami sampai di lokasi, ternyata benar terdapat 70 kontainer sampah di Tanjung Priok dan akan bertambah lagi sebanyak 1.015 kontainer, masih berisi sampah. Jumlah tambahan itu akan masuk melalui seluruh pelabuhan di Indonesia,” ungkap Dedi.
Menurut Dedi pihak importir berargumentasi bahwa sampah tersebut diimpor untuk kepentingan bahan baku biji plastik sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Perdagangan.
“Akan tetapi, dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa bahan baku yang diimpor haruslah bersih bukan sampah. Hampir terjadi ketegangan antara kami para anggota Komisi IV DPR RI dan petugas Sucofindo selaku surveyor impor sampah tersebut,” ujarnya.
“Setelah saya tegur keras, akhirnya diakui bahwa barang impor tersebut adalah sampah, bukan bahan baku. Terus terang saja, saya merasa miris dengan hasil temuan ini karena sampah ini bisa lolos dan dianggap aman melalui jalur hijau,” lanjutnya.
Dedi merasa heran soal masih adanya perusahaan pengimpor sampah dari luar negeri.
“Hari ini kita sedang mengalami problem penanganan sampah di berbagai tempat, kok masih ada perusahaan pengimpor sampah dari luar negeri? Padahal, untuk sekedar bahan baku biji plastik, para pemulung dan pengepul di Indonesia pun bisa mengumpulkan banyak sampah. Masa sih, importir mau bersaing dengan para pemulung dan para pengepul sampah itu?” ujar Dedi.
“Jika ditinjau dari perspektif pergaulan antar negara, fenomena ini sama saja dengan menganggap Indonesia sebagai tempat sampah dunia,” pungkasnya.(red)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com