Asrama Nusantara dan Bhineka Tunggal Ika

Tanggal 19 Feb 2020 - Laporan - 1015 Views
ilustrasi.

MOMENTUM, Bandarlampung--Frasa yang memiliki makna “Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu”, itulah arti dari “Bhineka Tunggal Ika” semboyan yang tertulis pada lambang negara Indonesia. Keberagaman yang mewarnai Indonesia, ini menjadikan Negara Indonesia memiliki berbagai corak dalam budaya, Bahasa, adat istiadat, bahkan pemikiran. Corak yang berwarna-warni ini memberikan keunikan serta merupakan tantangan bagi masyarakat Indoensia sendiri, untuk tetap bersatu dalam keberagaman.

Jika kita kembali melihat histori maka, “Bhineka Tunggal Ika” bukan hanya sekedar semboyan negara, tetapi memiliki makna falsafah ilmu yang sangat dalam, tinggi, dan bermanfaat sekali dalam cara membangun hubungan sosial dan bermasyarakat. Indonesia yang terdiri dari ragam kultur budaya, adat-istiadat, dan terlebih agama, sudah semestinya menjadi contoh bahwa didalam keberagaman terdapat kekuatan “Persatuan” yang justru menjadi kekuatan untuk tetap bersama dan menjadi negara yang lebih kokoh. 

Namun dalam realitanya, Bulan Agutus tahun 2019 lalu terjadi pecahnya isu rasisme, yang terjadi antara Mahasiswa Papua dengan Ormas di Malang, Jawa Timur, hal ini secara langsung memicu berbagai respon serta gerakan separatisme di wilayah Papua sendiri. Hal ini cukup miris dan perlu menjadi evaluasi bagi kita semua, karena masalah persatuan dan kesatuan, merupakan aspek yang harus dipupuk oleh seluruh kalangan masyarakat.

Pecahnya permasalahan mahasiswa papua di Malang, Jawa Timur dan masalah separatisme di tanah Papua, menjadi evaluasi perlunya peningkatan identitas bangsa dan nasionalisme di kalangan generasi muda, dan melalui pembangunan “Asrama Nusantara”, menjadi salah satu solusi untuk memupuk rasa persatuan dan kesatuan serta membuat generasi muda lebih mengenal keberagamaan Indonesia lebih mendalam. 

Menurut rencana pemerintah, Asrama Nusantara akan dibangun di Manado, Makassar, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Malang. Dan Konsultan pembangunan Asrama Mahasiswa Nusantara dari Universitas Indonesia (UI), Gumilar mengungkapkan bahwa kapasitas asrama yang dirancang bisa menampung 250 hingga 750 mahasiswa. Di dalam asrama tidak hanya kamar saja. Tapi juga ada perpustakaan dan ruang pembinaan. Dan Asrama ini diperuntukkan bagi seluruh mahasiswa di Indonesia, terutama dari Aceh, Papua, NTT, Kalimantan, Maluku. 

Asrama Nusantara sendiri selain sebagai solusi juga sebagai sarana atau nantinya bisa menjadi percontohan bagi keberagaman Indoenesia, karena melalui pembangunan Asrama Nusantara, pemahaman tentang adat istiadat, Bahasa, pemikiran serta agama lain dapat diterima lebih baik, dan hal ini bisa ditularkan kepada orang-orang kampung halamannya nanti. Secara tidak langsung Asrama Nusantara ini dapat meluruskan, pemikiran yang salah sebelumnya tentang suatu kelompok atau ideologi yang selama ini dianggap benar, seperti halnya pemahaman tentang “separatisme”.

Sebelumnya pemahaman separatisme sendiri, juga telah memasuki beberapa wilayah di Indonesia, belum terselesaikannya masalah separatisme ini, menjadi salah satu “PR” bagi kita semua, terutama pemerintah, para akademisi serta Tomas untuk ikut serta terlibat langsung dalam penyelesaian kasus separatisme. Separatisme sendiri masih terus berkembang karena masih adanya oknum atau tokoh-tokoh tertentu seperti, Benny Wenda (Ketua Gerakan Persatuan Pembebasan Papua Barat/ULMWP). 

Aksi provokasi, dan pencarian dukungan kemerdekaan tanah Papua terus digalakkan, hal ini menjadikan kelompok-kelompok separatis ini mencari agenda untuk menjatuhkan citra pemerintah Indonesia sendiri, dengan mengangkat berbagai Isu HAM, rasisme dan kriminalisasi di tanah Papua, tetapi kita tidak boleh lupa bahwa kelompok-kelompok semacam ini sengaja memanfaatkan momentum serupa guna meraih tujuan meraka. 

Dengan demikian melalui pembangunan Asrama Nusantara serta berbagai pendekatan prevenif lainnya, dapat mengurangi pemahaman separatisme di kalangan masyarakat terutama generasi muda, sehingga pemahaman keberagaman dapat dipahami menyeluruh dan terwujudnya sikap “Persatuan dan Kesatuan” yang solid.(**)

Oleh: Almira Fhadillah. Penulis adalah mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Gunadarma

Editor: Harian Momentum


Comment

Berita Terkait


Kartel Politik Pilkada: Potret Ironi Demokras ...

MOMENTUM -- Munculnya calon tunggal pada perhelatan Pilkada 2024 ...


Sabahbalau Tanjungbintang Berbeda Dengan Kota ...

MOMENTUM -- Membaca berita yang berseliweran akhir-akhir ini, ter ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

Syarat Calon dan PencalonanJika kita mengikuti pemberitaan di med ...


Regulasi Calon Kepala Daerah ...

MOMENTUM, Bandarlampung--Suasana ballroom hotel berbintang di kaw ...


E-Mail: harianmomentum@gmail.com