MOMENTUM-- Dua tahun lalu, mobil saya hilang digasak maling di halaman parkir kantor. Tepatnya Selasa 21 Mei 2019.
Pelakunya profesional karena sangat terlatih dan menguasai situasi kondisi di lapangan.
Hanya butuh waktu kurang dari empat menit, sebelum dia berhasil membawa kabur mobil itu dari jalan Imam Bonjol, Tanjungkarang Barat, Kota Bandarlampung.
Berdasarkan rekaman kamera pengintai atau Closed-Circuit Television (CCTV), pelaku yang hingga kini belum berhasil ditangkap oleh polisi itu datang sekitar pukul 01.17 WIB.
Sebelum masuk ke kolong mesin mobil, dia terlebih dahulu mengamati situasi sekitar, sambil berpura- pura menelpon.
Setelahnya, dia berusaha membobol pintu depan mobil sebelah kanan. Setelah berhasil masuk dan duduk di belakang kemudi, dia kembali keluar dan membuka kap mesin.
Selanjutnya, terlihat ada semacam percikan api, dia kembali menutup kap mesin. Lalu kembali masuk ke dalam mobil kemudian kabur. Terakhir kali, ujung mobil Avanza berwarna silver metalik itu terlihat sekitar pukul 01.21 WIB.
Setengah jam kemudian, barulah saya dan teman- teman kantor sadar jika mobil itu sudah tidak ada lagi di tempat semula.
Karena kejadiannya di bulan Ramadan, informasi kehilangan itu sangat cepat menyebar. Kebetulan, di jam segitu umat Muslim sedang bersiap melaksanakan sahur.
Pesan berantai melalui sejumlah grup whatsapp (WA) dan media sosial lain tentang kehilangan mobil saya pun langsung ramai. Bahkan sampai masuk ke Instagram @Infokyai.
Puluhan teman, kerabat hingga relasi silih berganti menghubungi melalui sambungan telepon. Mayoritas menanyakan kebenaran info kehilangan tersebut.
Sebagian ada juga yang menyampaikan empati dan mendoakan agar mobil dibeli pada tahun 2014 itu segera ditemukan.
Paginya, usai membuat laporan resmi ke Mapolsek Tanjungkarang Barat (TkB), saya juga dihubungi banyak wartawan untuk keperluan wawancara.
Berita tentang kehilangan itu pun langsung viral di sejumlah media ternama, di Provinsi Lampung. Termasuk beberapa media online nasional. Saya mendadak menjadi sangat terkenal.
Jika tidak ada peristiwa kehilangan itu, belum tentu para wartawan mau mewawancarai saya. Karena saya bukan pejabat publik, tokoh politik, apalagi seorang artis.
Setelah kejadian itu saya sadar, betapa mahal harga yang harus saya bayar untuk terkenal. Seandainya boleh memilih, lebih baik saya tidak terkenal dari pada harus kehilangan mobil.
Mungkin, bagi kalangan elit harga mobil itu tidak seberapa. Tapi saya, begitu terpukul bahkan sempat stres dalam beberapa hari.
Untungnya, ceramah salah satu ustaz ternama yang saya tonton menyadarkan saya dari keterpurukan. Bahwa, semua yang kita miliki di dunia merupakan titipan dari Allah SWT.
Maka kita harus ikhlas ketika titipan itu diambil kembali oleh Sang Pencipta. Layaknya tukang parkir, dia tidak pernah protes saat kendaraan yang dititipkan diambil pemiliknya.
“Lantas, mengapa saya harus stres?” batinku saat itu. Sembari berdoa agar pelakunya segera tertangkap.
Sayang, harapan itu pupus begitu saja. Hingga kini, polisi belum juga berhasil mengungkap kasusnya. Termasuk menemukan mobilnya.
Padahal wajah dan ciri- ciri pelaku sangat jelas terlihat dalam rekaman CCTV. Di bulan Ramadan yang penuh rahmat dan ampunan ini, saya mendoakan agar pencuri mobil tersebut segera bertaubat. (**)
Editor: Harian Momentum
E-Mail: harianmomentum@gmail.com